Chapter 22: Outer Regency

21 3 0
                                    

Ular raksasa berukuran masif melilit setengah jembatan mengguncangnya bagai gempa bumi. Panjangnya mencapai tiga puluh meter, lebar tubuhnya hampir memenuhi setengah jalan, jejaknya merobek jalanan beraspal. Dengan ukuran sebesar itu tanpa kaki maupun tanpa tangan, ular itu sanggup bergerak dengan kecepatan tidak masuk akal.

Saat ular itu membuka mulutnya yang lebar empat taring tajam terlihat di bagian atas dan bawah rahangnya, mendadak sengatan listrik menghentikan gerakannya.

'Bracelet of Defense.' Altair menyadarinya hanya dari sekali lihat dan ular itu menyerang ke arah mereka.

Altair meraih Naira yang berlari ke arahnya, saat hendak melarikan diri pemimpin bandit menghadang mereka.

"Aku takkan membiarkan kalian pergi."

"Orang ini sudah gila!?" Ayudia tidak menyangka kalau lelaki di hadapan mereka saat itu tidak memedulikan apa yang akan terjadi saat ular itu mencapai mereka.

Si pengkhianat bertopeng berlari ke arah pemimpin bandit saat menghunuskan pedangnya ke depan.

"Kau bajingan pengkhianat!?" Pemimpin bandit mengerutkan wajahnya dengan murka saat menangkis serangan si pengkhianat.

Altair dan yang lainnya mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri ke sisi lain jembatan.

Saat ular itu hampir mencapai mereka, si pengkhianat menebas pemimpin bandit dengan pedangnya, meninggalkan bekas luka yang tidak masuk akal.

Pemimpin bandit itu meringis kesakitan saat kulitnya terkoyak dan dagingnya tercabik-cabik seperti dipelintir oleh sekrup yang berputar dengan kecepatan tinggi.

'Tidak mungkin!?' Pemimpin bandit tercengang saat tubuh sekeras besinya hanyalah seonggok daging bagi pedang anak buahnya yang berkhianat.

Setelah memberikan luka fatal yang tidak memungkinkan bagi pemimpin bandit itu untuk melarikan diri, si pengkhianat menancapkan pedangnya ke atas kaki pemimpin bandit sampai menembus aspal untuk menahannya agar tidak bisa melarikan diri. Kemudian, melompat ke atas tiang jembatan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Altair menoleh ke belakang dengan mata yang melebar, rahang raksasa yang dapat menelan sebuah mobil bus terbuka lebar dan dengan cepat menerkam pemimpin bandit dengan satu katupan. Menyisakan dua tunggul kaki dengan darah yang mengalir bagai air mancur. Bahkan pedang besi ikut terpotong oleh rahang keras ular raksasa tersebut.

Si pengkhianat bertopeng itu hanya melihat mereka melarikan diri dari seberang jembatan.

****

Pada akhirnya mereka berhasil melarikan diri dari bandit-bandit yang sudah menguasai kota dan kini bertambah dua orang lagi ke dalam kelompok kecil mereka sepasang suami-istri muda, Bayu dan Tia.

"Terima kasih, sudah menyelamatkan kami," ucap Tia dengan emosi yang tidak terlukiskan di wajahnya. "Aku tidak tahu bagaimana harus membayarnya."

"Kalian mungkin punya kristal?"

"Itu keterlaluan Ayu!" Gisella menentang keinginan Ayudia yang menurutnya terlalu kelewatan.

"He?" Ayudia heran, matanya tertuju pada Altair. "Bukankah Altair selalu bersikap seperti itu?"

"I–iya," jawab Gisella ragu. "Tapi, tidak di situasi seperti ini."

Ayudia tersenyum sebelum menambahkan, "Iya, iya ... Aku hanya bercanda ibu kapten."

Gisella memalingkan wajahnya saat menjawab, "A–apa-apaan itu ...."

Tia tersenyum saat menyaksikan keakraban di antara mereka sudah hampir sepekan lamanya dirinya tidak merasa seperti di Bumi lagi.

Era Of RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang