Sekitar sepuluh menit berlari, mereka akhirnya berhasil melarikan diri dari kejaran kawanan Hellhound yang mengubah target buruan mereka dengan mengincar para penduduk yang sedang bersembunyi di rumah-rumah.
Altair masuk ke salah satu gedung dan bersandar di tembok dengan napas yang tak beraturan.
Dia meletakkan tas ke depan dan mengeluarkan persediaan mereka.
"Nai, ini minumlah."
"Terima kasih, Om."
Altair melirik Dio yang sepertinya malu untuk meminta dan memalingkan pandangannya ke luar.
"Se-sepertinya sudah aman."
"Hei, Bang," ujar Altair, Dio menoleh ke arahnya. "Ini."
Altair melemparkan sebotol air yang langsung ditangkap dengan gesit oleh Dio.
"Te-terima kasih."
"Tidak usah sungkan."
"Aku tidak menyangka kalau kita akan selam— aakhh!?"
"OM!!?"
Naira berteriak kaget saat menyaksikan kejadian mengerikan terjadi tepat di depan matanya. Altair ikut tercengang dengan mata yang terbuka lebar.
Tepat di depan mata keduanya benda tajam berwarna gelap seperti besi hitam tiba-tiba melubangi tubuh Dio dan menyebabkan banyak darah menyembur keluar dari mulutnya.
Altair dengan spontan langsung menarik tangan Naira dan menjauh dari sana.
"To-tolong... ak.... aakh!?"
Dio yang sudah memucat menggunakan sisa tenaganya untuk berbicara.
Benda tajam yang sama mulai terlihat dari balik bayang-bayang kegelapan di atas atap dan memperlihatkan wujud yang lebih jelas; monster menyerupai tarantula raksasa berwarna hitam pekat, tubuhnya seperti dilapisi baju besi hitam yang kokoh, dengan delapan mata merah yang menyala di balik gelapnya bayangan. Taring-taring tajamnya menjepit kepala pria tak berdaya itu dan menghancurkannya — mengeluarkan seisi otaknya.
Naira mematung dengan ekspresi ketakutan, Altair langsung menutupi matanya dan menggendongnya menjauh— melarikan diri dari tempat tersebut dan terpaksa harus meninggalkan persediaan mereka.
'Di mana, di mana tempat yang aman?'
Altair bertanya-tanya pada dirinya sendiri, akankah masih ada tempat yang aman setelah semua yang terjadi pada dunia saat ini?
'Ibu, Kei, semoga kalian baik-baik saja.'
Altair berlari memasuki sebuah gang kecil, dia mulai menghindari gedung-gedung besar yang sudah tampak gelap, tidak lama lagi matahari akan segera terbenam.
'Ayo berpikirlah Altair, di mana tempat yang aman?'
'Sekolah?'
'Mall?'
'Bawah tanah?'
'Sial, tidak ada kereta bawah tanah di negara ini.'
"Om...." Naira yang ketakutan menarik-narik bajunya.
'Bagaimana dengan penjara? Tidak itu terlalu berbahaya, kalau begitu bagaimana dengan kamp militer?'
Altair terus berpikir dan berpikir.
"Kita harus mencari tempat aman, ayo."
Altair memperhitungkan jarak mereka saat ini, kalau tidak ada hambatan butuh waktu sekitar dua puluh menit lagi untuk sampai ke SMA adiknya sedangkan butuh waktu sekitar satu jam untuk mencapai kamp militer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Era Of Rebirth
Fantasy-Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu selain dirimu sendiri. Dunia ini sudah berubah, tidak ada lagi hukum berlaku, tidak ada lagi yang namanya jabatan, tidak ada lagi harta-takhta, dunia yang dulu kita kenal kini sudah menjadi tempat pertumpahan dar...