Cahaya redup nyala api menerangi dinginnya malam yang memendam hasrat tersembunyi di dalam hati manusia.
Orang-orang menatapnya dengan iri dan dengki.
Hati mereka bergejolak saat mengetahui bahwa kemampuan sehebat itu bisa dimiliki dengan menjual kristal di dalam jantung monster itu. Aditya memecah keheningan;
"Jadi, Altair, apa keputusanmu?"
Altair menatap jasad monster itu sejenak. Setelah jeda sesaat. Dia memutuskan, "Aku akan mengambil semua kristalnya."
"Apa!" seorang pria menyela. "Bukankah itu sangat serakah?"
"Itu benar, kau pasti hanya ingin menjadi kuat seorang diri, 'kan?"
"Kenapa kita tidak berbagi?"
"Iya kita berada di tempat yang sama, bukankah berbagi itu lebih adil."
"Berbagi?" desis Altair. "Aku mempertaruhkan nyawaku untuk melawan mereka ketika kalian tidak mempercayai ucapanku dan kalian ingin berbagi?"
Altair tidak percaya bahwa orang-orang di hadapannya saat ini ternyata sudah tidak mempunyai urat malu. Sorot matanya tertuju pada Aditya.
"Apa yang ada di dalam kepala kalian?" Altair menunjuk kepalanya sendiri. "Kontribusi macam apa yang kalian berikan untuk menolongku sampai kalian ingin berbagi?"
"..."
"Seharusnya setiap inci dari monster ini adalah milikku, tapi melihat kondisi kalian aku sudah cukup berbaik hati untuk memberikan sisanya."
"I-itu...."
Merasa bahwa ucapan Altair itu ada benarnya, mereka mulai memalingkan wajah — merasa malu. Direndahkan oleh seseorang yang jauh lebih muda dari mereka.
"Kau benar, aku mengakui kesalahanku." Aditya mengalah melawan egonya, lalu melanjutkan, "Apa kau akan pergi setelah ini?"
"Aku tidak punya alasan untuk tetap berada di sini."
"Begitu, ya." Aditya memasang sorot mata menyesal. "Kalian dengar yang dia katakan, kita tidak melakukan apapun, jadi kita tidak berhak mendapatkan apapun dari monster ini."
"Kau benar...."
"Maafkan aku."
Altair menghela napasnya dengan malas.
"Sudah kubilang kalau aku hanya akan mengambil kristalnya. Sisanya terserah kalian, anggap saja itu adalah bayaran kami untuk menginap malam ini."
Altair meminta guru wanita sebelumnya untuk membawa Naira ke dalam kelas.
Kemudian, dia mengeluarkan parang di pinggangnya dan mulai membedah organ dalam monster itu, Altair bisa merasakan sensasi hangat dari panasnya organ-organ dalam monster itu.
Selanjutnya, Altair memotong jantungnya — membedahnya dengan sangat hati-hati dan mengeluarkan kristal di dalamnya dengan ketelitian.
"Ini."
Altair menggenggam kristal sebesar bola tenis di tangannya, kristal itu berbentuk abstrak, berwarna merah delima.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Altair memasukan kedua kristal secara diam-diam ke dalam pocket dimension miliknya dan bergegas membersihkan diri sebelum beristirahat.
Seusai mandi dan bersih-bersih Altair melihat-lihat kondisi setiap kelas, jumlah siswa tampak lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk biasa. Mereka juga menampung banyak anak-anak tetapi memiliki sangat sedikit persediaan makanan. Melihat kondisinya yang cukup memprihatinkan, mengkoordinasikan orang sebanyak ini bukanlah hal yang mudah bagi seorang pemimpin seperti Aditya. Dia sudah berburuk sangka sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Era Of Rebirth
Fantasy-Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu selain dirimu sendiri. Dunia ini sudah berubah, tidak ada lagi hukum berlaku, tidak ada lagi yang namanya jabatan, tidak ada lagi harta-takhta, dunia yang dulu kita kenal kini sudah menjadi tempat pertumpahan dar...