Altair sangat marah sampai membuat urat-urat di lengannya mencuat, dia tidak akan pernah melupakan nama anak itu.
Dengan ingatan mendesak. Altair spontan melihat ke arah barat dan segera membawa Naira berlari menjauhi lapangan.
"O-Om, ada apa?"
"Semuanya pergi dari lapangan!?" Altair berseru kepada semua orang.
"Apa?"
"Sekarang!?"
"Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi!?"
"Ada apa?"
Saat detik berlalu, kegelapan mulai menaungi malam.
"Altair!?" Aditya yang sangat kesal langsung meneriakinya. "Sebaiknya kau tidak memprovokasi yang lain, kau akan berada dalam masalah besar!?"
"Mata empat bodoh, sadarlah." Altair menjawabnya dengan satu napas. "Masalah yang lebih besar ada di atas sana!?"
Secara tidak langsung dia menunjuk seekor burung hitam yang mengepakkan sayap di atas langit malam.
Orang-orang menengadah ke atas langit, bulu-bulu hitam berjatuhan seperti hujan bayangan.
Bagai kilat hitam, sekelebat bayangan menyambar seorang siswa di tengah lapangan, membelah tubuhnya menjadi dua, menyisakan tunggul yang menyemburkan darah — bagian atasnya hancur tak berbentuk. Tanpa penopang, kedua lengannya jatuh terkulai di atas tanah.
"Aah!?"
Situasi menjadi semakin buruk.
"Lari!?"
"Selamatkan diri kalian!!?"
"Masuklah ke dalam kelas, kalian akan selamat!"
Orang-orang pun mulai mendengar perkataan Altair dan berlindung di dalam kelas-kelas ruangan demi menghindari serangan monster yang serangannya tak terlihat.
Satu demi satu, mereka yang terlambat menyelamatkan diri disergap dari udara dengan kecepatan yang tidak manusiawi. Saking cepatnya mata manusia tidak bisa memproses serangan monster itu.
Seorang pria berseragam guru terjatuh dan menyeret tubuhnya di tanah.
"To... tolong aku!"
Tangan kanannya terentang ke depan, berharap bantuan dari murid-murid dan orang-orang yang hanya bisa menatapnya dengan mata terbelalak. Beberapa orang bahkan berpaling karena tidak sanggup melihat.
"Ma-makhluk apa itu!?"
Monster itu menyerupai seekor burung raksasa, tiga meter tingginya, dengan rentang sayap yang dua kali lipat ukuran tubuhnya; paruhnya panjang bergerigi tajam, mata semerah darah, dan kakinya bagai dilapisi baja hitam yang kokoh.
Monster itu berdiri di belakang guru itu, dan dengan paruhnya yang tajam, monster itu melubangi punggung guru itu dan menarik seisi perutnya keluar.
"AAKKHH!!?"
Anak-anak menangis histeris, semua orang ketakutan dan panik. Beberapa orang bahkan berniat melarikan diri dari wilayah sekolah, tetapi monster lain langsung mencegahnya dengan cepat.
Seorang pria yang berusaha memanjat tembok ditangkap dan dibawa terbang oleh seekor monster.
"To–tolong aku!?"
Pria itu di bawa ke atas langit, kemudian dijatuhkan dari ketinggian dua puluh meter lebih sampai hancur menghantam tanah.
Aditya dan kelompoknya mulai kebingungan ketika satu-persatu orang mulai terbunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Era Of Rebirth
Fantasy-Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu selain dirimu sendiri. Dunia ini sudah berubah, tidak ada lagi hukum berlaku, tidak ada lagi yang namanya jabatan, tidak ada lagi harta-takhta, dunia yang dulu kita kenal kini sudah menjadi tempat pertumpahan dar...