Chapter 4: Rebirth of The New World (III)

147 13 7
                                    

"Om ada apa?"

Naira meremas pergelangan baju Altair karena tidak memahami perkataan dari sosok misterius itu.

Altair memerhatikan sekelilingnya, terlihat beberapa orang keluar dari persembunyian mereka dan berlari ke arah mayat-mayat zombie di jalanan.

'Situasinya akan menjadi buruk, ikut menjarah kristal akan membuat kami terlibat masalah dengan orang lain yang bisa berujung buruk.'

'Aku harus memikirkannya matang-matang.'

"Nai, kita sembunyi dulu di sini," ucap Altair, bersembunyi di bawah jendela rumah selagi mengamati dua orang pria yang sedang menguliti jantung zombie di jalan.

"Ayo cepatlah!"

"Kita harus mengumpulkan sebanyak mungkin."

"Orang-orang pasti sudah mengungsi, mereka pasti sudah menyesalinya sekarang."

"Sial, ini menjijikkan sekali!"

"Jangan banyak omong kalau kau masih mau hidup."

'Waktunya hanya satu jam.'

Altair berasumsi, sesuai ucapan dari sosok misterius tadi bahwa kristal akan dihargai dari segi kualitasnya, itu artinya mereka harus benar-benar teliti untuk mempertahankan kualitas kristal di dalam jantung zombie-zombie itu. Tidak ada informasi selain pertukaran di toko. Bahkan tidak ada yang tahu berapa harga item termurah yang bisa dibeli nantinya.

Orang-orang pasti akan berpikir bahwa mengumpulkan lebih banyak kristal akan memberikan mereka item yang lebih baik untuk bertahan hidup, karena konsep pertukaran di dunia ini adalah ada uang, ada barang. Semakin bagus kualitasnya, maka semakin mahal harganya, semua orang mengetahui konsep sederhana itu.

Karena tidak ada batas jumlah yang harus dikumpulkan, semuanya akan berusaha mengumpulkan kristal sebanyak mungkin. Mereka tidak bisa hanya mengumpulkan sepuluh atau dua puluh kristal, karena kekurangan satu kristal saja yang jadi taruhannya adalah nyawa.

'Mereka mempermainkan moral manusia.'

"Kristalnya kecil sekali."

Altair menoleh ke luar jendela, dia memicingkan matanya dan tidak bisa melihat seperti apa bentuk kristal di ujung jari pria tersebut.

"Sial, ini sulit, ayo cari lagi."

Altair melirik pedang berkarat yang selalu ia bawa.

'Mungkinkah?'

Altair berasumsi bahwa perlengkapan dan peralatan yang dibawa zombie-zombie itu kemungkinan juga bisa dijadikan sebagai alat pertukaran, barter atau dijual.

'Tapi ini hanyalah asumsi. Kalau salah, kami akan mati.'

'Sial, apa yang harus kulakukan?'

'Apa aku harus kembali ke kota karena mayat zombie lebih banyak di sana?'

'Tidak.'

'Di kota pasti sudah tidak kondusif lagi dan perjalanan ke pusat kota akan memakan banyak waktu.'

'Selain itu toko.'

'Tunggu.'

'Itu dia!'

'Kalau dugaanku benar, toko adalah kuncinya.'

Seandainya "toko" yang dimaksud memiliki konsep yang sama dengan toko di bumi, maka menemukan tokonya lebih dulu lebih baik dibandingkan harus mengumpulkan kristal sebanyak mungkin lalu mencari toko di saat-saat terakhir. Sebab informasi yang lebih detail pasti ada di tokonya.

'Itu benar. Aku harus menemukan toko yang dimaksud terlebih dahulu.'

'Sekalipun dugaanku salah, aku masih memiliki banyak waktu dan tidak perlu bersusah payah mencari tokonya lagi.'

Era Of RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang