Chapter 14: The World Without Law (III)

25 4 0
                                    

Avreia mendadak muncul dan mengucapkan kata-kata sombong.

"Panggil aku Avreia–sama, wahai antek-antek bumi... khu, khu, khu!"

"Apa lagi sekarang?"

"Sabarlah, apakah kalian tidak ingin menyambutku terlebih dahulu?"

"Apa tujuanmu datang kemari?"

Avreia jelas memberi pujian melihat perkembangan Altair yang melakukan pembantaian pada para penjarah, ia juga mengakui bahwa dirinya menyukai keindahan dan sangat membenci orang yang memiliki sifat tak bermoral.

"Altair, akan kuberitahu satu hal padamu. Kau bukanlah satu-satunya orang yang sudah beradaptasi secepat ini," kata Avreia. "Di kota ini, di waktu ini, ada seseorang yang melampaui 78% penyintas di seluruh dunia dan itu bukanlah dirimu."

Altair mengerutkan keningnya, ia sadar bahwa mereka sekarang disebut sebagai penyintas di dunia yang baru. Tetapi, ia tidak memahami mengapa Avreia memberitahunya informasi sedalam itu.

"Kupikir informasi sangat mahal di dunia ini," tanya Altair.

Avreia menepuk dahi. "Ya Tuhan, aku melupakannya, maaf saja ya. Ini karena aku masih pemula."

"Aku tidak mengerti." Ayudia merasa heran saat mendengar kata "pemula," ia merasa seolah-olah dunia mereka sekarang sedang dijalankan oleh otoritas yang sangat kuat dan semua manusia dengan sengaja dijadikan sebagai bahan tontonan.

Avreia melanjutkan, "Intinya aku ingin terus melihat sejauh mana kau bisa beradaptasi di dunia yang baru ini. Aku ingatkan sekali lagi, kalau hanya mengandalkan kemampuan bertahan hidup, kalian tidak akan bertahan lama."

Altair memasang raut muka memelas, mendengar basa-basinya.

"Langsung saja ke intinya, apa yang ingin kau katakan?"

"Aku ingin kau menemui orang itu."

"Lalu?"

"Jangan menjadikan orang itu sebagai musuh."

"Apa-apaan itu?" Altair menautkan kedua alisnya, tidak memahami maksud ucapan Avreia.

Avreia terbang mendekati wajahnya.

"Karena kau, mungkin berharga bagiku."

Avreia menyeringai sombong seolah menggodanya.

Membalas itu Altair menepisnya dengan telapak tangan seolah-olah menganggapnya sebagai serangga, membuat peri kecil itu berputar-putar di udara.

"Hei!" Avreia menegur. "Itu tidak sopan!"

"Kami tak butuh candaan makhluk seperti kalian dalam situasi seperti ini, berhentilah membuang-buang waktu kami kalau kalian hanya ingin mempermainkan kami dan menjadikan kami sebagai tontonan."

Avreia menautkan kedua alisnya, kehabisan kata-kata.

Altair berjalan pergi disusul oleh rekan-rekannya meninggalkan peri kecil itu sendirian di depan gerbang.

Mereka bergerak menuju arah barat, Altair memutuskan untuk pergi menyelamatkan adiknya terlebih dulu daripada harus menjual kristal dan membuang-buang waktu karena terbawa suasana dalam papan catur yang tidak terlihat. Selain itu, masih banyak toko lain yang tersebar di seluruh kota.

Avreia muncul tepat di hadapan Altair, ia berteleportasi. Ekspresinya menjadi serius.

"Dia akan sangat berbahaya ketika menjadi musuhmu. Kekuatannya akan menjadi sangat membantu ketika kau akan bertemu dengan adikmu, hanya sejauh itu informasi yang bisa kuberitahu."

Altair merasa agak bersalah karena sudah membentaknya. Padahal informasi yang diberikan oleh Avreia ternyata cukup berguna.

"Tapi, kenapa kau memberitahunya?" Gisella berkomentar, "Bukankah ada banyak orang di sini, kenapa kau tidak mengumumkannya seperti kemarin?"

Era Of RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang