Chapter 20: Apocrypha

22 2 0
                                    

Altair terkejut saat melihat Reziel sedang memainkan sebuah game di ponselnya, di tengah situasi seperti ini.

"Sial, kena kau."

Altair lupa kalau ponsel mereka menyala meski tanpa sinyal. Altair memeriksa pocket dimension dan menemukan ponselnya di sana. Dia benar-benar melupakannya.

"Itu offline?"

"I–iya." Raziel menaikan alisnya saat menyadai Altair berdiri di belakang sofa. "Tidak ada sinyal, baterai ponselku juga sudah sekarat."

Altair memikirkan hal yang sama saat menatap ponsel di genggamannya, 'Itu benar, apa gunanya benda ini walaupun bisa dinyalakan kalau tidak bisa diisi daya.'

Altair menyalakan ponsel, menggulir sejenak layar ponselnya, kemudian memasukkannya kembali ke dalam pocket dimension. Kebiasaan membuatnya melakukan hal itu secara tidak sengaja.

Di luar terlihat sangat gelap, tidak ada cahaya lampu yang menerangi jalan-jalan seperti pada umumnya. Hanya secercah cahaya rembulan yang menerangi, diantara bintang-bintang yang kini tampak jelas di angkasa malam. Gerak-gerik dibalik bayangan menghantui. Suara-suara menakutkan terus terdengar.

Nightfall, burung-burung pemakan manusia terbang di atas langit mengincar mangsa.

Mereka tidak bisa lagi sembarangan menginjakkan kaki di malam hari.

"Menatap bulan?"

Suara itu datang dari Ayudia dari balik jendela ruangan lain di sebelah Altair berdiri.

"Mungkin."

Ayudia melipat kedua lengannya di tepi jendela, menatap kemolekan sang angkasa dan berkata, "Tanpa lampu, ternyata langit di kota ini terlihat cantik, ya?"

"Mungkin...." Ayudia menambahkan dengan suara yang agak lirih. "Mungkin, dunia memang lebih baik seperti ini."

Altair menyipitkan matanya saat menoleh kepada wanita itu.

"Aneh," kata Altair singkat, lalu masuk ke dalam rumah.

Ayudia menempelkan dagunya di atas lengan sebelum menjawab, "Dunia ini lebih aneh."

....

Keesokan paginya, Altair berlatih. Dia berniat mengajak anggotanya untuk berburu agar mereka bisa membeli item yang berguna kedepannya, terutama Batu Pengetahuan yang sangat penting bagi mereka untuk membela diri baik melawan monster atau sesama manusia. Senjata rampasan yang mereka dapatkan dari kelompok penjarah tidak cukup untuk melawan monster-monster yang semakin kuat.

"Ke... Kenapa aku juga harus berlatih!?"

Raziel berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat tubuhnya dari tanah.

"Kau harus memiliki fisik yang cukup kuat untuk menggunakan item, atau itu akan melukaimu sendiri."

"Ha ha."

Raziel tertawa saat tubuhnya terkapar di tanah, kehabisan stamina.

"Apa itu semacam skill seperti di dalam game?" Raziel bercanda saat mengatakannya.

"Kurang lebih," jawab Altair, berpikir kalau Raziel mungkin cukup paham bila dijelaskan lewat prespektif dalam sebuah game. "Kurasa kau bisa memahaminya jika aku menggunakan istilah di dalam game."

"Tentu saja!" Raziel tidak menduganya, matanya jadi bersemangat saat menatap Altair dari tanah.

Reziel kemudian berbaring terentang, menghadap langit, lalu berkata, "Aku pikir kalau aura yang dimaksud juga sama seperti skill yang kau gunakan, bukankah begitu?

Era Of RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang