Bagian 46

372 49 3
                                    

Kasiur angin menerpa wajah para pengembara, mereka berada di tebing yang cukup tinggi dengan mata nyalang, ketakjuban tidak membuat semua pemuda itu mampu mengeluarkan kata katanya sebagai pujian, sebaliknya wajah lelah Mereka setelah perjalan jauh itu hanya mampu terdiam seperti seorang yang terkena Sihir tenung, berdiri membeku dan termenung.

Hari itu menjelang sore Matahari menggantung di ujung langit barat, sepanjang mata memandang Cahaya si Raja siang itu memendar hangat.

Istana yang Niki bilang adalah tempatnya para peri itu, berwarna jingga karena terpaan Sinar si Matahari sore, yang banyak orang menyebutnya Warna Senja.

Jay dan Sunghoon saling tatap, lalu keduanya mengangguk untuk bersiap terbang kembali, mereka telah Sampai pada titik Tujuan, hanya sedetik lagi keduanya akan berada di Gerbang Istana yang mereka Cari, namun belum saja Jay merubah dirinya menjadi Naga dengan Sayap kuatnya, Bangchan menghentikan mereka.

"Kita tidak boleh langsung kesana Jay..."seru Chan diangguki Niki yang juga tau Tata Krama para penghuni Istana Tempat menggantungnya Matahari Sore itu

Jay mengerutkan Dahinya, belum paham dengan mengapa ia di hentikan.

"Kita harus memberikan Salam kepada mereka, kau tau...? Sebuah nyanyian khas bangsa peri, jika mereka menerima nyanyian kita, dua penjaga gerbang akan datang menjemput, lalu mempersilahkan kita masuk untuk bertemu peri peri yang kita cari" itu adalah penjelasan dari Chan yang saat Niki memberikan saran pertama kali tentang bangsa peri pemuda yang merupakan Pemimpin dari OSEA itu, langsung mencari tau semuanya tentang Bangsa peri, termasuk Tata Krama dan Hal hal yang mereka sukai.

"Ya udah gak usah lama lama, Ayo kita nyanyi... " Jungwon dengan wajah polosnya langsung memberikan saran yang kemudian di jawab oleh gelengan kepala oleh Chan tentu saja.

"Tidak sekarang Woon, sebentar lagi saat sinar terakhir Matahari menghilang di ujung menara itu..." Chan menunjuk Topi kerucut bangunan putih menjulang tinggi yang kini warnanya masih Jingga akibat terpaan Matahari senja.

Semua orangpun kini paham dan dengan patuh mengikuti aturan yang dikemukakan oleh pemimpin perjalanan mereka itu.

Lalu tanpa intruksi lain semua orang kini duduk di rerumptan tebing itu, dan tau bahwa pasti ada aturan Lain Jake mulai bertanya.

"Apa yang harus kita siapkan..." Tanya pemuda itu ditatapi semua orang temannya, yang mereka sadar pertanyaan Jake itu tentu saja akan di butuhkan untuk acara nyanyian mereka nanti

Chan menghela panjang, sedetik kemudian dengan sihirnya, ia mengambil cahaya di sekitarannya, hal itu tentu saja membuat di sekeliling mereka menjadi redup, perubahan keadaan di tempat yang kini mereka tengah istirahat itu membuat kuda kuda mereka yang tadi telah mereka ikat dalam tiang ajaib tak kasat mata, sedikit terkejut dan memekik tak tenang, berbeda dari kuda kuda itu semua anak anak Akedemi lembah berpendar malah ternganga takjub, ternyata Seniornya itu benar benar luar biasa, benak mereka

Chan lagi lagi menggerakkan jari jarinya membentuk sebuah Pola, dan beberapa detik kemudian, cahaya biru terang muncul dari tanah.

"Ini adalah Altar sihir, terbuat dari segel lanjutan, ketika kalian membutuhkan sebuah persembahan, dan tidak memilik tempat yang pantas, Altar buatan ini bisa menjadi solusinya." Jelas Chan lagi membuat semua orang takjub termasuk temanya sendiri, Hyunjin dan Felix.

"Tapi, nyanyian itu... " Chan terdiam sejenak membuat Yang lain mengerutkan dahinya.

"Kenapa, apa kau tidak hapal liriknya? Jay yang kepekaanya cukup tinggi mulai tau kemana arah kebimbangan sikap Chan tersebut

Tapi sebelum Chan menjawab, Niki mengambil alih pembicaraan tersebut

"Tidak apa apa... Kita hanya perlu bernyanyi dengan tulus, ibuku dulu pernah bilang seperti itu, jika ingin bisa bertemu dengan peri" Niki bicara mantap tanpa ragu sedikitpun, tetapi hal itu tentu saja mengundang lidah sunghoon untuk mengejek

Enhypen- The Magic ElementalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang