Devan bejalan di koridor seorang diri. Sedangkan para sahabatnya berada di rooftop, Devan saat ini disuruh oleh Albara untuk ke kantin. Karena tidak ada yang mau menemaninya, jadilah ia sendiri. Walaupun Devan agak malas karena tidak ada yang menemaninya.
Koridor jam istirahat cukup ramai. Terdengar suara langkah terburu-buru dan gemerisik percakapan memenuhi udara. Selain itu, banyak juga yang berkerumun di dekat papan pengumuman, membicarakan rencana mereka akhir pekan. Kesibukan di koridor ini menciptakan suasana yang hidup dan penuh energi.
Langkah Devan terhenti ketika saat melihat poster tubuh Aleanora duduk sendiri di kursi yang ada. Tanpa banyak bicara, Devan segera mendekat pada Aleanora yang sedang ngelamun itu.
"Ra."
Aleanora tersentak kaget saat ada orang yang memanggilnya. "Eh, Devan, kenapa?" tanya Aleanora tersenyum tipis kepada Devan.
Devan tidak membalas, justru ia menatap Aleanora begitu dalam. "Enggak," balas Devan setelah beberapa detik diam.
"Btw, lo ngapain sendiri di sini?"
"Gue nunggu temen. Kalau lo?" tanya Aleanora balik. "Gue mau ke kantin, disuruh anak-anak," jawab Devan terkekeh.
"Lo mau?" Aleanora tertawa kecil. "Kalau nggak mau dimarahin pacar lo," celetuk Devan.
"Ya udah sana, dimarahin lo nanti," ujar Aleanora kepada Devan. "Siap bu bos," balas Devan hormat kepada Aleanora, membuat perempuan itu terkekeh melihatnya.
"Gue mau nanya, Ra, " ujar Devan menjadi serius.
"Nanya apa?"
"Ketika ada dua lelaki yang mencintai lo, lo tetep bakal milih Albara atau salah satu dari dua lelaki itu?"
Aleanora mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang barusan Devan lontarkan. Cukup aneh, bukan? Namun, detik selanjutnya Aleanora tertawa kecil.
"Pertanyaan lo aneh, Dev," celetuk Aleanora. "Jelas gue bakal milih Albara apapun kondisinya."
***
WARNING setelah bel pulang kembali ramai. Satu per satu anggota RAIDRES mulai berdatangan ke WARNING. Seperti biasa, mereka akan menyempatkan singgah ke WARNING terlebih dahulu sebelum pulang. Ini sudah kebiasaan mereka, kumpul di WARNING terlebih dahulu untuk bercerita hari ini dan bercanda.
"Anying maraneh apal henteu?" celetuk Panji tiba-tiba emosi.
"Naon euy?" sahut Kaivan penasaran. "Aing di cegat awewew, njing! Si anying awewe na teh kalah menta duit," jelas Panji dengan napas memburu.
"Asli eta teh?" tanya Faldo tertawa mendengar cerita Panji ini. "Heeh asli, anying. Duit aing jadi na beak weh," jawab Panji, serius.
"Naha ari sia lain ngalawan atuh, bangsat," celetuk Albara setelah menyimak ceritanya. "Awewe tea kan bos."
"HAHAHA!"
Mereka langsung tertawa seketika. "Heeh alus maneh euy!" Rashaka menepuk pundak Panji bangga.
"TAPI ANYING, TUMAN ARI AWEWE NA KITU MAH!" ujar Kaivan tiba-tiba emosi. "Tapi awewe keneh, dodol!" cibir Devan kepada Kaivan.
"Geus, ah, aing balik ti heula barudak!' pamit Devan tiba-tiba, membuat anggota RAIDRES mengernyit bingung.
"Tumben?" tanya Kanaka, heran. "Urang aya urusan, ngan aing moal balik deui kadieu," ujar Devan semakin membuat mereka heran.
"Anying ari sia kumaha? Moal balik deui kadieu? Sukur we atuh." Devan menatap datar Kaivan yang sedang tersenyum mengejek ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDUNG DAN KISAH KITA
أدب المراهقين[SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW! SORRY KALAU ADA TYPO! ] Albara kembali ke kota Bandung, tempat ia berasal, saat memasuki masa SMP. Di sekolah barunya, Albara menemukan banyak teman dan bersama-sama mereka membentuk sebuah geng motor bernama RAIDRES. Tuj...