Pagi itu, kabut tipis masih menyelimuti jalanan ketika Albara menghentikan motornya di depan rumah Aleanora. Udara dingin menusuk kulit, namun ia tak peduli. Pagi ini menjadi pagi yang berbeda bagi Albara, di mana ia tidak telat dan juga ia berangkat bersama Aleanora.
Albara melihat gerbang rumah Aleanora sedikit terbuka. Dari kejauhan, sosok Aleanora muncul, mengenakan seragam rapi dengan tas menggantung di pundaknya. Rambutnya yang tergerai lembut tertiup angin pagi. Albara merasakan detak jantungnya bertambah cepat, bukan karena cuaca dingin, melainkan karena kehadiran Aleanora selalu punya efek itu pada dirinya.
"Udah lama nunggu?" tanya Aleanora, sambil tersenyum tipis ketika menghampirinya.
"Nggak, baru aja," jawab Albara sambil menggaruk kepala, meski sebenarnya ia sudah berdiri di sana beberapa menit sebelum Aleanora keluar.
"Btw kamu udah sarapan belum?" tanya Aleanora.
"Belum," jawab Albara jujur. "Emangnya kenapa?" lanjut Albara bertanya.
Aleanora tidak menjawab, justru ia memperlihatkan totebag yang entah apa isinya. Albara yang melihat itu mengernyit bingung. "Karena aku juga belum sarapan, aku bawa roti. Dan rotinya untuk kamu dan aku!"
Albara tersenyum tipis. "Yaudah ayok kita berangkat." Aleanora mengangguk semangat, ia mengambil helm dari Albara lalu memakainya, wajahnya bersinar cerah.
Setelah mengenakan helm, Albara dan Aleanora melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Albara menghidupkan motor, dan suara mesin yang menggugah itu menyatu dengan gemerisik angin pagi.
"Nanti rotinya kita makan bareng, ya!" kata Aleanora membuat Albara melirik Aleanora melalui kaca spion.
"Berarti kita sarapan bareng," goda Albara membuat pipi Aleanora memerah.
"Nanti kita makan di taman, ya?"
"Siap!" bales Aleanora semangat.
Albara tersenyum kecil, lalu ia fokus kembali ke depan. Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di SMAVA. Terlihat SMAVA mulai ramai dengan siswa-siswi yang baru datang. Dan semua mata siswa-siswi itu tertuju kepada Albara. Hal tersebut membuat Aleanora malu, karena ia jarang sekali begini.
Saat sampai di parkiran, Albara dan Aleanora melihati inti RAIDRES sudah berkumpul, siap untuk menyambut mereka. Di antara kerumunan itu, Kaivan dan Faldo berdiri dengan senyum lebar yang menandakan mereka sudah merencanakan sesuatu.
"Bakal ada pasangan baru nih!" teriak Kaivan dengan nada menggoda, membuat Aleanora merona. Sedangkan Albara hanya memasang wajah datarnya.
"RAIDRES BAKAL PUNYA BU KETUA GUYS!" teriak Faldo, suaranya menggema di parkiran dan menarik perhatian semua orang.
"Alah berisik lo pada!" kesel Albara membuka suara. "Ampun ketua!" ucap Faldo dan Kaivan bersama, sambil menunduk.
"Bacot."
Setelah itu, Albara menggenggam tangan Aleanora, membawa perempuan itu ke taman menjauh dari sahabatnya.
"Ditunggu kabar baiknya, ketua!" teriak Devan terkekeh melihat kepergian Aleanora dan Albara.
"Mereka cocok banget, ya?" celetuk Rashaka membuka suara. "Gak kaya gue," lanjutnya membuat atensi Kanaka, Devan, Faldo, dan Kaivan kepada Rashaka.
"Lagian sih lo jatuh cinta sama-"
"Udah jangan dibahas!" potong Devan membekap mulut Kaivan, membuat lelaki tersebut sudah bernapas. "Lepasim Devan anjiing gue gak bisa napas!"
"Oh iya," bales Devan dengan santai, membuat Kaivan ingin memukul Devan saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDUNG DAN KISAH KITA
Fiksi Remaja[SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW! SORRY KALAU ADA TYPO! ] Albara kembali ke kota Bandung, tempat ia berasal, saat memasuki masa SMP. Di sekolah barunya, Albara menemukan banyak teman dan bersama-sama mereka membentuk sebuah geng motor bernama RAIDRES. Tuj...