Di bawah langit yang diterangi oleh gemerlap bintang, malam itu mengundang kedamaian yang mendalam. Udara sejuk menyelimuti, sementara desiran angin memberi sentuhan lembut kepada pepohonan yang berdansa pelan di bawah cahaya rembulan.
Di kejauhan, lampu-lampu kota menambah pesona malam yang tenang. Kilau mereka membentuk lukisan gemerlap yang mempesona, menciptakan aura magis di sekitar.
Di malam yang indah ini, Aleanora memilih menghabiskan waktu malamnya bersama Velly dan Natalie. Kali ini, tiga sahabat itu sedang berada di salah satu cafe yang terkenal di Bandung, lebih tepatnya di jalan Braga.
"Bosen gue liat orang yang pacaran," keluh Natalie. Bagaimana tidak bosen? Hampir di setiap penjuru pasti ada yang berpacaran.
"Ye makanya lo punya pacar!" sahut Velly yang sedang fokus dengan makanan yang ia pesan.
"Nunggu yang dulu nggak, sih?"
"Mending yang baru nggak, sih?" timbrung Aleanora menaiki satu alisnya. "Sebenarnya, terserah mau pilih yang dulu atau yang baru. Tapi, yang jelas, pilih yang pasti aja."
"Tuh dengerin kata Velly!" cibir Aleanora kepada Natalie. "Faktanya, ruang untuk orang baru itu tetap terbuka, tapi, terkadang seseorang terjebak berada di ruang orang lama," kata Natalie memberi penjelasan kepada kedua sahabatnya.
"Pantes orang baru yang datang kehidup lo lebih milih nyerah," sindir Velly. Dan Natalie tertawa pelan menanggapinya.
"Lagian, orang baru mana yang akan tahan sama cewek yang belum selesai dengan masa lalunya?" sahut Aleanora yang disetujui oleh Velly.
"Kaivan," ujar Natalie tiba-tiba.
"Dia adalah satu-satunya cowok yang masih bertahan untuk mendapatkan gue. Dia yang mencoba gue untuk keluar dari masa lalu," lanjut Natalie membuang muka mengingat Kaivan.
"Kenapa nggak coba membuka hati? Orang baru memang begitu, kan? Tujuan orang baru itu menyembuhkan seseorang dari luka lalu dan memberikan seseorang itu obat," kata Aleanora mampu membuat Natalie terdiam seribu bahasa.
"Udah, Ra. Kenyataannya, orang lama tetep menjadi pemenang. Biarkan saja Natalie dengan pilihanya sendiri."
***
Di siang hari yang terik, sinar matahari menyinari bumi dengan hangatnya. Jalanan dipenuhi oleh keramaian, suara kendaraan bermacam-macam mengisi udara. Orang-orang sibuk dengan aktivitas masing-masing, ada yang berjalan cepat menuju kantor, ada yang menikmati makan siang di warung pinggir jalan, dan ada pula yang beristirahat sejenak di taman. Langit biru cerah dengan awan putih mengambang di langit, menciptakan pemandangan yang indah di tengah hari yang cerah itu.
Siang ini, sebelum Aleanora pulang ke rumah, perempuan tersebut menemani Albara dan inti RAIDRES lainya latihan futsal. Cuaca siang ini cukup panas, tapi mereka tidak menyerah untuk berlatih.
Aleanora begitu greget ingin ikut berlatih, tapi, Aleanora tahu itu latihan khusus. Tidak seharusnya Aleanora ikut bermain, apalagi latihan.
Aleanora tersenyum melihat Albara yang begitu fokus. Keringat yang bercucuran, justru menambah Albara semakin tampan, lebih tampan dari sebelumnya. Beruntung sekali Aleanora menjadi pacar Albara. Sebenarnya, Aleanora tidak pernah mengira bahwa ia akan menjadi pacara Albara. Hanya saja, Aleanora sering memperhatikan Albara, bukan berarti ia akan menjadi pacar Albara.
Aleanora semakin mengembangkan senyumnya saat Albara mendekat kepada Aleanora. Albara tersenyum tipis menyambut senyum Aleanora.
"Capek, hm?" tanya Aleanora saat Albara sudah berada di hadapannya. "Lumayan," balas Albara ikut duduk di samping Aleanora.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDUNG DAN KISAH KITA
Fiksi Remaja[SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW! SORRY KALAU ADA TYPO! ] Albara kembali ke kota Bandung, tempat ia berasal, saat memasuki masa SMP. Di sekolah barunya, Albara menemukan banyak teman dan bersama-sama mereka membentuk sebuah geng motor bernama RAIDRES. Tuj...