39. JANGAN SAKIT LAGI, YA?

159 8 0
                                    

Aleanora tersenyum pada Albara yang berada 5 langkah darinya, lelaki tersebut juga membalas senyumnya, tapi sepertinya lelaki itu tidak niat untuk mendekat ke arah Aleanora. Dan Aleanora juga memilih untuk berdiam di tempat.

Sebenarnya Aleanora ingin sekali mendekat pada lelaki yang kini mukanya pucat, namun langkahnya terasa berat untuk melangkah kaki itu.

Sedangkan Albara, lelaki itu tengah menulis pada sebuah kertas, entah apa yang ia tulis. Albara tersenyum melihat kata yang ia tulis, lalu atensinya kini teralih pada perempuan yang masih setia berdiri di sana. Lalu mata Albara mencari seseorang yang ingin berjalan kearah Aleanora.

"Hei!" ucapannya membuat siswi yang sedang berjalan itu berhenti melangkahkan kakinya.

"Ah, iya?" balas perempuan tersebut.

"Tolong kasih surat ini ke pacar gue," kata Albara membuat dahi siswi itu mengkerut. Namun tak urung siswi itu mengambil surat yang telah ia tulis.

"Jangan dibaca!" pesan Albara saat siswi itu baru ingin melangkah. "Iya, Kak," balas perempuan itu.

Kini langkah siswi itu semakin mendekat pada Aleanora, membuat Aleanora semakin penasaran. Apalagi saat Albara menitipkan surat pada siswi itu.

"Kak Aleanora?"

"Iya?" balas Aleanora.

Siswi yang masih kelas 10 itu tersenyum, lalu menyodorkan surat yang Albara titipkan. "Ini dari pacar kakak," kata siswi itu tersenyum.

Aleanora tersenyum, lalu mengambil surat tersebut. "Makasih," ucapnya yang di angguki siswi itu. Setelah melihat siswi itu pergi, Aleanora segera membuka surat itu, namun sebelum itu ia menatap lelaki yang masih setia berdiri di sana.

Tanpa menunggu lama lagi, Aleanora membuka surat tersebut.

Selamat pagi murid kesayangan pak Hendra,
Maaf gue tadi nggak bisa ngejemput lo, maaf juga telat mengucapkan selamat pagi.
Nanti kalau ada yang ganggu lagi bilang, ya?
Gue ada buat lo, i love you more.

Aleanora tersenyum membaca tulisan itu, lalu matanya melirik pada Albara yang juga sedang tersenyum kearahnya. Lelaki itu memang tidak pandai merangkai kata, tapi lelaki itu adalah romantisme cinta yang sesungguhnya.

"Gue duluan, sana masuk kelas, belajar yang rajin!" teriak Albara melambaikan tangannya sambil mundur demi perlahan.

                                           ***

"Bos lo nggak telat makan obatnya kan?"

"Al lo udah makan obatnya kan?"

"Muka lo pucat."

"Udah tahu sakit malah sekolah!"

"Udah sarapan kan lo?"

Albara memejamkan matanya saat pertanyaan demi pertanyaan di lontarkan kepadanya, menbuat ia bingung menjawab dari mana dulu.

"Berisik lo pada!" ketus Albara membuat mereka langsung mereka langsung terdiam.

Albara menatap tajam mereka yang telah khawatir padanya, ia tidak suka ketika mereka menganggap dia lemah. Ia adalah ketua RAIDERS, ketua yang kuat, bukan yang lemah.

Karena ia mempuyai penyakit, mereka memandang dirinya lemah, padahal ia tidak menyukai itu, ingat itu.

"Gue itu ketua RAIDERS, nggak lemah, ingat itu!"

"Gue-"

Brak!

"Albara!"

                                              ***

BANDUNG DAN KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang