5. RASA YANG TIDAK BISA DIPAKSA

593 32 3
                                    

  —semakin berharap, semakin
      berteman dengan rasa kecewa.
      Amerta Nala Aleanora.

                                          ***
Istirahat kai ini lagi dan lagi Aleanora memilih untuk ke taman. Rasanya ia sangat males untuk mengantri demi makanan. Seperti biasa, kedua sahabatnya memilih pergi untuk ke taman.

“Ra.”

Aleanora tersentak kaget saat ada seseorang yang memanggilnya. Aleanora terdiam kaku saat melihat seseorang tersebut.

“Hm?”

“Gue boleh ikut duduk di sini?”

Dengan berat hati Aleanora mengangguk, membiarkan seseorang tersebut duduk di sampingnya. Seseorang tersebut tersenyum tipis saat Aleanora membiarkan dirinya untuk duduk di samping Aleanora. “Lo selalu indah, ya?”

Aleanora hanya tersenyum tipis sebagai responnya. “Mau apa?” tanya Aleanora to the point. “Cuma ingin berdialog dengan lo lebih lama, Ra. Boleh?”

Jeda di antara keduanya.

“Gue gak bisa, ya?”

Aleanora bungkam mendengar pertanyaan tersebut, ia tau kemana arah pembicaraan lelaki yang kini berada di sampingnya.

“Ga, lo belum nyerah?”

Varga Asyanendra dia adalah ketua OSIS SMAVA. Lelaki tersebut sudah menyukai Aleanora sejak lama, sejak kelas 10. Sudah beberapa kali ia mengungkapkan perasaannya, tetapi tetap saja ia ditolak.

“Kalu gue gak mau, gimana?” Mungkin Aleanora bisa disebut perempuan yang jahat, karena ia selalu menolak Varga. Tapi bagaimana lagi? Rasa itu tidak bisa dipaksa dan dikendalikan.

“Banyak perempuan yang lebih dari gue, Ga,” kata Aleanora membuat Varga terdiam.

Varga tertawa sumbang, lelaki tersebut mengadahkan pandangannya ke arah langit. “Lo lucu, Ra. Lo tuh kayak awan, yang mungkin kelihatannya dekat, tapi jauh, dan gue gak bisa gapai itu.”

“Dan lo kayak bayangan, selalu menghantui gue.”

“Lalu, yang ada di hati lo itu siapa, Ra?”

Aleanora tersenyum tipis, ia menunduk. “Itu privasi gue, dan lo tidak harus tau itu. Karena tidak ada hubungan antara kita.”

“Gue sadar, gue bukan siapa-siapa lo. Tapi kenapa lo nggak hargai perasaan gue, Ra?” Aleanora bungkam, ia tidak bisa menjawab. Ia jahat? Tentu, tapi rasa tidak bisa dipaksa, kan?

“Gue juga manusia, Ra, gue capek.”

“Kalu capek, kenapa gak berhenti?”

“Logika dan hati selalu berbeda.

                                        ***

Albara, lelaki itu, kembali pulang ke Jakarta. Ia ingin menyelesaikan masalahnya bersama musuhnya di Jakarta dan membawa semua anggota ke Bandung jika mau.

Lelaki pemilik mata tajam itu berdiri dengan gagah di hadapan semua anggotanya, menatap mereka penuh dengan keyakinan.

“Semua selesai!” tegas Albara. Masalah mereka dengan musuh RAIDRES yang berada di Jakarta selesai. Mereka lagi dan lagi menang dalam pertarungan yang taruhannya nyawa itu.

“Kemenangan diraih kita kembali dan semua masalah selesai makam ini juga. Sekarang, pilihan ada di kalian, gue sebagai ketua tidak maksa. Jika kalian ingin ke Bandung silakan dan jika kalian ingin keluar silakan juga. Kalian boleh keluar, tapi gue titip satu pesan, jangan lupakan RAIDRES yang pernah menjadi rumah kalian,” kata Albara terhadap 425 anggota tersebut.

BANDUNG DAN KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang