48. SELAMAT JALAN, BROTHER

144 9 1
                                    

   Kehilanganmu meninggalkan
   kekosongan yang tidak bisa diisi.
   selamat jalan, brother, kenangan
   tentangmu akan selalu hidup
   dalam hati kita.
   —RAIDRES
 

                                      ***

Suasana langsung hening saat suara tembakan itu terdengar. Sedangkan inti RAIDRES, sama-sama membeku melihat kejadian itu. Dunia mereka terasa berhenti detik ini juga, napas mereka sama-sama tercekat.

Malam ini, apakah malam yang ditakutkan itu benar-benar terjadi?

Albara menahan napasnya melihat apa yang barusan terjadi, tangannya bergetar hebat. Dengan langkah yang terasa berat, ia maju kepada Kanaka yang berada dua langkah di depannya. Kanaka, sahabatnya tampak lemah dengan darah yang berada di punggungnya.

Lelaki itu berhasil menyelamatkan Albara dari maut, tapi, apakah lelaki itu selamat? Ya, dia Kanaka, lelaki yang menyelamatkan Albara dari tembakan anggota Vagos.

"Ka-Kan," panggil Albara terbata-bata.

Bareng dengan itu, anggota RAIDRES datang kepada Albara dan Kanaka.

Sudah tidak sanggup lagi, Albara segera membawa Kanaka ke pangkuannya. Kali ini, air mata Albara menetes melihat Kanaka yang kesakitan.

"Kan..." panggil Kaivan lirih melihat Kanaka, seketika otaknya teringat omongan Kanaka yang berada di cafe tadi.

"Anjing, brengsek lo! Jangan bilang ucapan lo tadi beneran?!" tanya Kaivan emosi, dengan air matanya yang keluar.

Sedangkan Kanaka tampak ingin berbicara, namun susah. "Ka-Kav so-sory," ucap Kanaka dengan susah payah.

"Sorry apa lo, bangsat?!"

"KANAKA JANGAN TUTUP MATA LO, ANJING!" teriak Faldo panik saat Kanaka hampir mau menutup matanya. "LO MAU KEMANA, ANJING?!"

"VELLY MAU LO TINGGALIN, HAH?!" Bareng dengan itu, Kanaka membuka matanya kembali dengan susah payah saat mendengar kata 'Velly'.

Tanpa Kanaka sadar, air mata lelaki itu menetes melihat anggota RAIDRES yang panik, terutama inti. Jujur, Kanaka terharu melihat mereka. Ia tersenyum selebar mungkin, senyum yang jarang ia berikan.

Untuk malam ini, Kanaka ingin memberikan senyuman yang jarang ia perlihatkan. Untuk RAIDRES, rumahnya, saudaranya dan tempat berbagi cerita.

Setelah puas menatap yang lain, Kanaka menatap Albara yang berada di hadapanya. Albara terlihat hancur, lebih hancur saat putus bersama Aleanora.

"Gu-gue gagal jadi ketua, gue nggak bisa menjadi tembok untuk anggotanya," lirih Albara menatap Kanaka.

"L-lo g-ga ga-gagal," balas Kanaka tidak setuju, suaranya terdengar terbata-bata. "Tapi gue gagal nyelamatin lo, Kan. Yang ada lo yang nyelamatin gue," bantah Albara tidak setuju.

Mata Albara semakin memanas saat mengingat Kanaka yang mengatarnya cuci darah, Kanaka yang menjaga rahasianya, Kanaka yang paling dekat dengan Albara. Semua kenangan itu langsung berputar di otak Albara, seperti kaset.

"A-Al na-nakas ma-markas."

"KANAKA BANGUN, ANJING!" teriak Albara menguncang kan hebat bahu Kanaka.

Kanaka, lelaki itu benar-benar menutup matanya untuk selama-lamanya, malam ini, lelaki itu menghembuskan napas terakhirnya. Lelaki itu benar-benar pergi, pergi untuk selamanya.

"KANAKA BANGUN LO, BANGSAT!"

"KANAKA ANJING JANGAN LO MAU KEMANA?!"

"KANAKA VELLY DIA PASTI SEDIH, BANGUN LO, BANGSAT!"

BANDUNG DAN KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang