Semoga kita kembali bersama dengan
versi terbaik masing-masing.
—Aleanora***
Malam ini waktu terasa panjang. Awan hitam tampak di angkasa, tanpa adanya bulan dan bintang. Malam ini, bukan bintang ataupun bulan yang menghiasi semesta, tapi hujan. Entah apa yang membuat semesta tidak terlihat terang di malam hari kali ini.
Seperti semesta, perempuan penyuka bola itu termenung. Ia kehilangan cahayanya, kemarin, hari ini, dan mungkin seterusnya. Perempuan tersebut memandang hujan lewat balkon kamarnya dengan tatapan kosong.
Entah apa juga yang membuatnya seperti ini. Jelas semesta dan dirinya sama-sama sedang hitam. Dalam keheningan malam yang basah ini, setiap tetes hujan membawa pesan kedamaian dan kesempatan untuk merenung.
Hingga suara telpon dari handphone yang ia genggam terdengar. Membuat lamunan dirinya buyar. Cukup lama perempuan tersebut memandang nomor yang udah menelponnya.
Hingga dengan ragu, ia mengangkat panggilan tersebut."Halo." Terdengar suara lelaki di sebrang sana. Dengan suara khas menangis, mungkin.
"Iya?"
"Kenapa belum tidur, Ra?"
"Aku belum ngantuk."
"Tapi ini udah malam. Biasanya lo udah tidur."
"Itu dulu, bukan sekarang."
Jeda di antara mereka. Hanya terdengar gemericik air hujan di sana maupun di sini. Gemercik tersebut memenuhi keheningan mereka.
"Ra, tidur."
"Kamu siapa? Jangan atur hidup aku."
"Gue emang bukan siapa-siapa lo lagi, tapi gue masih ingat lo, selalu."
"Gak usah dibahas."
"Ra, gue nelpon lo mau berbicara. Jadi lo izinin gue berbicara gak?"
"Silakan."
"Ra, mungkin jika kita tidak bisa bersama lagi. Gue
Harap di kehidupan kita selanjutnya bisa bertemu
dengan versi terbaik kita, Ra. Mari kita kubur harapan untuk menua bersama di Bandung itu, Ra."Maka, saat ini juga air mata Aleanora pecah.
"Pada nyatanya lo dan gue gak jadi kita, Ra. Tapi mungkin jadi kenangan." Terdengar juga di sebrang sana suara tangis. Apalagi lekaki itu berbicara dengan gemetar.
"Gue berat, gue gak rela, gue gak bisa ninggalin lo. Tapi mungkin ini takdir Tuhan yang terbaik untuk kita berdua. Tapi, jika kita jodoh mungkin kita akan disatukan kembali, Ra. Mari kita tunggu takdir itu sambil merayakan kesendirian kita."
Demi Tuhan, Aleanora tidak pernah sesakit ini karena cinta. Tapi sekarang? Lelaki yang membuatnya jatuh cinta, membuat dirinya juga luka sesakit ini.
"Terimakasih atas waktunya, Ra."
Hening kembali menyelimuti keduanya, hanya terdengar isak tangis Aleanora maupun Albara. Keduanya terlalu berat untuk melepaskan satu sama lain, tapi bagaimanapun ini takdir.
"A-al?"
"Hm?"
"Terimakasih telah membuat aku jatuh sejatuhnya. Terimakasih juga telah menggoreskan luka sedalam ini."
"Dan semoga kita kembali bersama dengan versi terbaik masing-masing. Semoga semesta dan Tuhan juga merestui kita kembali bersama." Begitu gemetar Aleanora menyampaikan kata tersebut. Demi tuhan begitu berat untuk menyampaikan kata demi kata tersebut,tapi bagaimanapun harus di sampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDUNG DAN KISAH KITA
Novela Juvenil[SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW! SORRY KALAU ADA TYPO! ] Albara kembali ke kota Bandung, tempat ia berasal, saat memasuki masa SMP. Di sekolah barunya, Albara menemukan banyak teman dan bersama-sama mereka membentuk sebuah geng motor bernama RAIDRES. Tuj...