Jangan Sentuh Aku!

328 44 25
                                    

Hendery sibuk dengan ponselnya. Ia duduk di kursi dekat tempat Aulia sedang melakukan meeting. Segitunya Hendery tak ingin melepaskan Aulia dari pandangan matanya, sampai-sampai ia meminta Aulia untuk tetap tinggal di ruangan itu. Padahal tadinya Aulia sudah meminta Hendery duduk tenang di ruangannya saja.

"Astaga mimpi apa gue semalam. Kenapa sikap mas Hendery jadi aneh sih. Apa karena gue lagi hamil?" gumam Aulia sambil melirik Hendery yang kini tengah memperhatikannya. Pria itu tak tersenyum, hanya menatap datar, dingin, seperti biasanya.

"Ibu Lia, maaf?"

Aulia terkejut ketika asistennya memanggil. "Maaf ada apa?"

Suasana rapat yang serius berubah jadi canggung. Aulia yang seharusnya fokus, ia malah tidak bisa fokus sama sekali. Hendery tersenyum miring sambil menyilangkan kakinya santai. Ia mengusap bibir bawahnya dengan telunjuk membuat Aulia refleks memegang bibirnya.

"Bu Lia, apa sudah setuju dengan rancangan awal kami? atau ada yang perlu diubah?" ulang asisten Aulia untuk kesekian kalinya.

Aulia menggelengkan kepalanya cepat. Orang yang menghadiri rapat tersebut sampai keheranan dengan sikap atasannya itu.

"Maaf karena saya kurang fokus. Meeting kali ini lo aja yang lanjutkan, Nu." Aulia lalu berdiri.

"Lho, kok gitu. Lo mau kemana?" sahut Wisnu bingung.

Hendery lalu menghampiri Aulia. "Istri saya harus pulang. Dia sedang hamil."

Kontan perkataan Hendery membuat seisi ruangan menatap Aulia dengan terkejut.

Aulia langsung menepuk kening, tak menyangka jika suaminya akan mengumumkan hal yang tak perlu diumumkan ke pegawainya. Baginya itu adalah privasi, dan lagi Aulia tak ingin sesumbar. Takutnya sesuatu yang buruk terjadi jika dia mengabari hal itu terlalu awal pada orang-orang.

"Mas ngapain sih." Aulia berbisik pelan sambil mencubit gemas pinggang suaminya.

Hendery tidak berekspresi sekalipun Aulia barusan mencubitnya.

"Karena kalian sudah tahu, harap kedepannya bisa lebih memaklumi kondisi istri saya. Pekerjaan yang seharusnya bisa kalian tangani tanpanya semoga tak perlu lagi sampai membuatnya datang."

"B-baik, Pak." Para karyawan mengiyakan titah Hendery diluar dugaan.

Aulia tidak paham kenapa Hendery bertindak sejauh itu. Itu perusahaan miliknya, tapi malah Hendery yang mengaturnya tiba-tiba. Tentu itu tak masalah sebab apa yang menjadi milik Aulia adalah milik Hendery juga. Begitu pula sebaliknya. Namun sikap Hendery itu seperti kejutan bagi Aulia. Sangat di luar dugaan.

Apa benar ini semua karena dia hamil. Kalau benar begitu, kenapa tidak dari dulu saja dia hamil. Aulia kemudian tersenyum lebar menggandeng tangan suaminya.

"Saya serahkan meeting kali ini pada Wisnu. Kalau begitu saya pergi ya."

"Baik, Bu Lia."

Hendery membawa Aulia meninggalkan kantor tersebut. Aulia merasa sikap Hendery berlebihan, tapi dia menyukainya. Dibanding memikirkan sikap aneh Hendery yang berubah seratus delapan puluh derajat. Aulia lebih memilih mensyukuri yang terjadi.

"Aku nyesel."

Hendery menghentikan langkah kakinya mendengar perkataan Aulia itu. Mereka sudah didepan mobil.

"Kamu menyesal kenapa, Lia?" tanya Hendery.

"Ya, aku nyesel banget Mas. Kenapa aku baru hamil sekarang."

Hendery masih tidak mengerti maksud Aulia itu.

"Hah?"

"Sikap kamu. Apa kamu gak ngerasa?"

Unforgettable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang