Kissing you, doing everything, with you

292 27 6
                                    

Tubuh Aulia lemas tatkala duduk berhadapan dengan pria yang paling ia cintai. Suasana hening, sebab keduanya masih sama bungkam mempersiapkan kata-kata permulaan. Otak Hendery terus bekerja, menyusun kata demi menjelaskan agar kesalahannya segera termaafkan oleh sang istri tersayang. Namun ia menyadari satu hal yang berbeda di mata Aulia. Wanita itu bukan sekedar kecewa, tapi juga gelisah.

"Sayang." Hendery memegang tangan Aulia dengan lembut tanpa ada ragu.

Aulia hanya diam dengan tubuh lemahnya tidak merespon bahkan untuk sekadar menolak.

"Itu sama sekali bukan apa-apa."

"Bohong." Aulia menatap tajam Hendery. Meski ia tidak bergerak.

"Tidak. Saya serius, itu bukan apa-apa," geleng Hendery yakin.

"Pembohong." Aulia menunduk menatap tangan Hendery yang masih menggenggamnya.

Hendery menghela napas panjang. Ini memang tidak akan pernah mudah. Meminta maaf pada Aulia tidak sesederhana mengatakan kata maaf.

"Kamu senang kan bisa bertemu wanita yang wajahnya mirip dengan wanita di masa lalu mu, Mas."

"Tidak sama sekali, Aulia." Hendery tetap kekeh dengan keyakinannya bahwa itu memang bukan apa-apa. Tapi firasat Aulia tidak pernah salah, batin wanita itu yang sama yakinnya.

"Yakin?" Aulia tersenyum menyedihkan.

Hendery mengangguk. "Ya, saya yakin. Hanya kamu yang saya cintai."

"Maaf tapi aku nggak yakin." Aulia menghempaskan tangan Hendery.

"Sayang jangan begini. Ingat, kamu lagi hamil."

"Terus kalau aku lagi hamil, apa aku nggak boleh marah sama kamu?"

"Bukan begitu."

"Lalu? Kamu bebas melakukan apa saja gitu Mas? Kenapa kamu jahat, Mas Hendery! Apa karena aku sudah tidak cantik lagi? Karena ini, karena aku tengah mengandung dan tampak gemuk, kucel dimata kamu, gitu?"

"Astaga mana pernah saya berpikiran kamu begitu, Lia."

"Terus kenapa kamu nggak bilang kalau ada wanita seperti itu di sekitar kamu sekarang dan parahnya aku mengenal wanita itu!!!"

Hendery mengusap wajahnya lalu memeluk Aulia. Wanita itu hanya terus marah sambil memukul punggung suaminya. Ia meluapkan segala rasa kesal, benci, kecewa yang tengah menyelimuti hatinya.

"Kamu harusnya bilang! Aku nggak suka dianggap bodoh sama kamu!"

"Maaf." Hendery berkata dengan lembuh. "Maafkan saya, Aulia."

"Kamu tau aku benci kata maaf dari kamu Mas!"

Hendery masih berusaha tetap berpikir logis akan kondisi saat ini. Apalagi Aulia sedang dalam kondisi yang tidak stabil saat hamil.

"Iya, tapi saya memang harus minta maaf karena membuat kamu kesal, sedih, kecewa dalam satu waktu karena ulah saya. Maaf Sayang," ungkap Hendery.

Aulia berpikir memang tak ada yang benar. Apa pun yang Hendery katakan akan terus salah di matanya saat ini. Ia memang sangat marah dan benci situasi sekarang. Aulia ingin memaki Hendery sepuasnya, tapi jujur ia pun tidak tega karena sangat mencintai Hendery-nya.

"Aku nggak akan semudah itu maafin kamu!"

Aulia berdiri lalu pergi begitu saja meninggalkan Hendery ke dapur. Ia menutup pintu kamar dengan cara membantingnya keras.

"Ah, gue kelepasan," gumam Aulia lalu mengusap air matanya yang berantakan. "Terserah! Gue haus."

Hendery terdiam beberapa saat dan merasa amat frustrasi. Bukan hanya karena ia belum mendapatkan maaf dari Aulia, tapi lebih mencemaksan kondisi sang istri yang tengah berbadan dua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unforgettable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang