Apa Yang Kamu Lakukan, Hendery.

509 69 35
                                    

Miska menjatuhkan gelas yang dipegangnya secara tidak sengaja. Ia menatap lantai yang dipenuhi pecahan kaca dan tumpahan air berwarna merah itu dengan perasaan sedih. Ujung matanya berair menandakan sebentar lagi ia akan menangis.

"Argh!"

"Sayang!"

Daniel berlari ke arah sang istri yang tengah menangis memegang ujung jarinya sendiri.

"Astaga Sayangku kamu berdarah!" decak Daniel lalu mengambil alih telunjuk Miska yang terkena pecahan kaca. "Kita harus bersihkan lukanya."

Daniel membawa Miska ke depan wastafel. Ia lalu menyalakan keran, membiarkan air mengalir membersihkan sisa darah di jari Miska.

"Perih ya?" tanya Daniel melihat Miska yang berlinang air mata. "Aku akan mengobati lukanya."

Miska menatap Daniel sangat serius. Kata-kata Daniel barusan persis seperti yang dikatakan oleh Hendery.

"Saya akan mengobati lukanya."

Kini yang ada di hadapan Miska adalah pria itu. Hendery Darian Ericson. Kemana Daniel? Batinnya mulai mengucek matanya sendiri. Hendery tersenyum mengecup ujung telunjuknya yang telah bersih dari darah lalu mulai menempelkan plester.

Rasa hati Miska tak dapat dijelaskan. Ada kerinduan dan juga penyesalan, tapi dia segera menghilangkannya.

"Sayang, lukanya sudah bersih dan selesai aku pakaikan plester." Kini wajah dihadapannya kembali berubah menjadi Daniel, suami sahnya yang telah dinikahinya. "Kamu jangan menangis ya."

Miska langsung memeluk Daniel dengan segenap perasaan bersalah. Selama satu minggu ini, dia tidak bisa fokus hanya memikirkan sang suami. Melainkan di dalam otaknya terus bersarang nama pria lain. Pria yang telah dia lepaskan dari genggaman tangannya.

"Maafkan aku Daniel."

"Pelan-pelan saja, Sayang. Aku mengerti apa yang sedang kamu rasakan sekarang." Daniel berkata seolah tahu isi hati Miska, juga termasuk siapa yang sedang menyita pikiran dan perasaan istrinya itu.

"Maaf, aku menjahatimu." Miska mengatakannya dengan penuh penyesalan seolah ingin menegaskan bahwa dirinya mungkin melakukannya kesalahan fatal.

"Tidak. Aku lebih dulu sering menjahatimu, melukai hatimu. Aku akan sabar, apa pun demi dirimu," jawab Daniel sambil mengecup kening Miska dengan perlahan. "Jangan ditahan, lepaskan perlahan, aku yakin kamu akan berhasil membiarkan dirinya pergi dari hatimu."

"Daniel." Miska menggeleng. Dia yakin Daniel bersedih karena pikirannya malah memikirkan pria lain.

"Aku baik-baik saja. Aku lebih memikirkan kamu dari siapapun juga." Daniel membawa kembali Miska ke pelukannya. "Jangan cemas. Aku bisa mengatasinya."

***

Ini hari yang sangat luar biasa bagi Aulia. Apa yang dia mimpikan akhirnya menjadi kenyataan. Mengantarkan suaminya ke depan pintu sambil menyunggingkan senyum manis. Menatap mata pria yang dicintainya sambil mengecup punggung tangannya. "Kamu baik-baik ya di rumah. Katakan jika butuh sesuatu."

"Em, aku akan baik-baik saja di rumah. Hanya satu hal yang membuatku tidak yakin aku akan betah di rumah," ujar Aulia menanggapi perkataan suaminya.

"Apa itu?" tanya Hendery.

"Aku pasti kangen kamu," jawab Aulia dengan pipi bersemu.

Sontak raut datar Hendery berubah. Ia sedikit mengulas senyuman. Meski tidak terlalu lebar tapi itu sanggup menggetarkan hati Aulia.

Unforgettable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang