Aku Bukan Patung

565 103 24
                                    

Aulia mematung di posisinya duduk. Dia tidak menangis karena kakaknya pergi ke Korea. Hidup mandiri sudah menjadi jalannya sejak ia memutuskan kuliah di luar negeri. Namun, yang jadi masalah sekarang, adalah pria bertubuh tinggi yang sedang berdiri di depannya. Hendery, dia tidak berbicara satu patah kata pun, hanya terus menatapnya.

"Jadi, apa kamu mau saya tidur di sini? Atau kamu lebih nyaman kalau kita tidur terpisah?"

Pertanyaan macam apa itu. Ketika menjadi pasangan suami-istri, sudah jelas mereka harus tidur bersama, bukannya pisah ranjang.

Aulia mendongak, dia menghela napas berat.

"Senyaman kamu saja, Mas Hendery," jawab Aulia, dia sedang tidak berselera untuk berdiskusi.

"Baik, saya akan tidur di sini. Begitu kamu siap, saya ingin kamu pindah ke rumah saya."

Aulia menatap Hendery lagi. "Maksud Mas? Aku tetap mau tinggal di sini," gelengnya.

"Kamu harus ikut suami, Lia, tidak boleh membantah."

Sialan. Rupanya begini Hendery yang sebenarnya. Bodohnya Aulia masih tetap cinta. Padahal sejak pertama bertemu, Hendery tidak ada manis-manisnya berlaku padanya.

"Mas. Sebelum saya pindah ke rumah Mas Hendery, aku mau tanya sesuatu," kata Aulia.

"Tanya saja."

"Kemana orang tua Mas Hendery, kenapa tidak datang sewaktu kita menikah?"

Hendery terdiam. Aulia jadi penasaran.

"Saya tidak punya orang tua. Jangan bertanya tentang itu, Lia. Malam ini tidurlah, kamu pasti lelah."

Hendery kemudian pergi ke kamar kecil. Aulia menggeram tertahan. Dulu dia bersikap sangat agresif pada Hendery, sebelum semuanya berubah. Awalnya dia menyukai Hendery yang tidak ada rasa padanya. Tapi, tekadnya mendekati Hendery sudah dia hapus setelah tahu bahwa Hendery mencintai wanita lain.

"Gue cukup tahu diri. Gue akan kejar dia kalau dia emang lagi free. Tapi kalau di hatinya ada orang lain, gimana bisa gue coba masuk ke sana."

***

Hendery melihat Aulia sudah terlelap. Dia menghela napas lalu menghampiri sang istri yang kelihatan sangat lelah. Ditariknya selimut kemudian ia selimuti Aulia hingga menutup dada.

"Semoga yang saya lakukan sudah benar." Hendery kemudian tidur di samping Aulia, lalu mematikan lampu.

Pagi harinya, Aulia membuka mata dan tekejut melihat Hendery sedang memeluknya. Ia melotot tanpa bisa menggerakkan badannya.

"Kamu sudah bangun?"

Aulia makin terkejut melihat Hendery rupanya sadar telah memeluknya.

"Mas Hendery ngapain pe-peluk aku?" tanya Aulia.

"Tidak tahu, terjadi begitu saja." Kemudian Hendery bangun dan pergi ke kamar kecil.

Aulia menatap heran. Kenapa Hendery sangat santai seolah tidak masalah sama sekali. Hendery belum mencintainya, dia yakin itu.

"Bisa gila lama-lama."

"Kalau masih ngantuk kamu tidur saja. Saya akan buat kopi."

Hendery keluar dari kamar setelah mencuci mukanya.

"Ya Tuhan, dia santai banget padahal ini rumah gue. Apa dia benar-benar sudah siap jadi suami gue?"

Unforgettable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang