Cium Kening

391 88 30
                                    

Rasanya seperti mimpi. Menikahi Hendery dan sekarang dia tinggal di rumah tempat sang suami dilahirkan.

"Kenapa Mas kayaknya canggung banget di rumah ini?" tanya Aulia. Hendery baru saja selesai membersihkan badan, setelah makan malam bersama, situasinya masih mencekam. Selama makan malam berlangsung, Hendery sama sekali tidak berbicara. sedangkan Sandra tidak berhenti bercerita. Dua hal yang bertolak belakang, membuat posisi Aulia sebagai penengah jadi merasa tak nyaman.

"Tidak apa-apa," jawab Hendery singkat.

Ya, begitulah Hendery. Tidak berubah sama sekali. Dingin, kaku, dan tidak memiliki ekspresi saat berbicara dengan siapa pun.

"Apa dengan mbak Miska, kamu juga gini, Mas?"

Hendery menoleh, dia menatap Aulia heran. "Maksud kamu?"

"Kaku, dingin, tidak punya ekspresi. Apa saat kamu bersama Mbak Miska juga kamu gitu?"

Hendery tidak menjawab, dia malah memilih berbaring, lalu menarik selimut.

"Oh, pasti begitu, kan?"

Hendery menghela napas berat, lalu ia menatap Aulia dengan serius. "Tidak baik membicarakan orang yang sudah punya pasangan. Dia sudah menikah, kenapa kamu masih saja cemas?" sahutnya terhadap pertanyaan Aulia yang seolah menuntut jawaban segera.

Aulia cemberut. Itu sama sekali tidak membuatnya tenang.

"Tidurlah, Lia, besok saya harus kembali bekerja. Tinggallah di sini sampai sebulan setidaknya. Setelah itu saya akan mengajak kamu pindah ke apartemen saya sendiri," terang Hendery.

"Sebulan?"

"Hem, kamu pikir berapa lama saya sanggup bertahan di sini?"

"Kenapa begitu? Apa hubungan Mas dengan mama Sandra tidak baik?"

"Sudahlah, Lia. Sepertinya meski kamu akrab dengan wanita itu sekalipun, tidak akan membuat semuanya berubah," tutup Hendery kemudian.

Setelah jawaban Hendery itu, Aulia tak dapat lagi bertanya lebih jauh. Apalagi sepetinya Hendery sangat tidak suka membahasnya. Mungkin benar, hubungan Hendery dan ibunya memang tidak baik-baik saja.

Sambil memandang punggung Hendery, Aulia hanya termenung. Kenapa Hendery jadi lebih mengerikan setelah tinggal di rumah ibunya. Dia jadi tidak nyaman, apa sebenarnya Hendery melakukan ini semua karena terpaksa.

"Kalau Mas gak suka tinggal di sini, aku gak keberatan kok, kita bisa tinggal di apartemen kamu," jelas Aulia.

"Percuma jika saya bersikukuh sekalipun. Wanita itu tidak akan menyerah," jawab Hendery makin membuat Aulia bingung.

"Hem, rumit banget sih hubungan kalian. Aku gak bisa berkata-kata, karena kamu gak mau cerita," kata Aulia sambil menghela napas.

Tidak banyak yang bisa Aulia katakan. Menikah dengan Hendery saja sudah sangat mengejutkan. Ditambah kepribadian Hendery yang tertutup, rasanya ia takut menggali sesuatu yang tidak ingin Hendery tunjukkan padanya.

Malam itu pun berlalu begitu saja. Meski Aulia kesulitan untuk memejamkan mata, selain karena berada di tempat baru. Tidur di samping pria seperti Hendery rasanya tidak dapat dijelaskan. Intinya jantungnya tidak bisa tenang sama sekali. Meski hanya menatap punggung Hendery, tapi Aulia tetap tersenyum. Dia berharap kelak Hendery bisa berubah menjadi lebih terbuka dengannya.

***

"Selamat pagi, Ma." Aulia menyapa Sandra yang tengah menuangkan teh ke dalam cangkir keramik kecil berwarna putih.

Unforgettable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang