20. He is so precious

43 29 0
                                    

"Hidupmu ternyata seberat itu, aku masih tak menyangka jika kamu mampu menahan luka yang benar-benar tak main-main itu. Tetaplah bertahan, aku masih berharap kita bisa seperti dulu lagi."

— Jung Jiya —


»»——✥——««

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

»»——✥——««

Aku baru saja menyelesaikan acara makan malam, seorang diri. Iya, sendiri. Itu karena kekeraskepalaan ku ketika Bunda Jisoo dan kak Doyoung yang telah memanggilku makan namun aku menolak dengan alasan 'tugasku sebentar lagi selesai, aku akan menyusul' dan hasinya aku makan sendiri.

Dengan segelas susu vanilla di tangan, aku berjalan keluar dari ruang makan hendak menuju kamar ku yang berada di lantai dua.

Namun, seseorang yang tengah menuruni anak tangga dengan ponsel yang ia himpit ke telinga dengan bahunya, menarik perhatian ku. Dia nampak sangat sibuk berbicara dengan entah siapa, aku pun tak tahu.

"Ayah mau kemana?" tanyaku, yang sepertinya tidak didengar oleh Ayah Jae-hyun.

"Ayah," panggilku, lagi. Oh, oke baiklah, sepertinya dia memang sibuk berbicara dengan seseorang diseberang sana hingga tak mendengar panggilan ku. Ku lihat dia telah menuruni anak tangga terakhir, dia juga sepertinya sibuk memperbaiki lipatan lengan jasnya.

"Ayah mau kemana?" Aku masih memandang Ayah Jae-hyun yang baru saja memasukkan ponselnya ke kantong didalam jas berwarna cokelanya itu, sepertinya dia telah selesai dengan acara teleponnya itu.

Pria paruh baya itu tentu sadar kehadiranku yang berada 2 radius dari hadapannya.

Ku lihat Ayah Jae-hyun mengulum bibirnya, dengan tangan yang menggaruk tengkuk leher. Aneh sekali. Biasanya dia tidak berperilaku seperti itu, kecuali jika beliau menyembunyikan sesuatu.

"Ayah mau kemana?" Oh Tuhan, aku sungguh bosan menanyakan hal yang sama seperti ini.

"Em, Ayah mau pergi meeting. " Jawabnya, tentu saja masih dengan acara garuk-garuk leher dan kepala.

"Ayah kudisan? Atau kutuan?" terka ku

Ctak!

Beliau meringis setelah apa yang ia perbuat padaku. Aduh, keningku yang mulus ini.

"Maafkan Ayah. Kamu sih main tuduh sembarangan." Sungut Ayah Jae-hyun lalu mengusap keningku yang sedikit nyeri akibat sentilan nya.

"Habisan, Ayah nggak jelas banget garuk sana garuk sini. " Bahuku mencelos lalu kembali menatap Ayahku dengan mata yang memicing. "Sebentar, Ayah tadi bilang mau meeting? Mana ada orang meeting tengah malam begini?! Wah, wah perlu dilapor Bunda nih!"

Mata Ayah Jae-hyun membulat sempurna saat aku hendak berteriak memanggil Bunda. Dengan cepat tangan besarnya itu membungkam bibirku. "Astaga, ini Ayah beneran buru-buru mau meeting, Jiya.. "

ABOUT J | love and hurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang