02. Sunset

72 46 3
                                    

"senyuman mu dan senja merupakan dua hal yang sangat sempurna di mataku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"senyuman mu dan senja merupakan dua hal yang sangat sempurna di mataku."
{Jung Jiya}

•••••

"Udah selesai?"

Pandanganku naik menatap orang yang tengah berdiri didepanku. Aku kembali fokus mengikat tali sepatu lalu berdiri.

Aku mengangguk sambil mengulum bibir. "Langsung pulang ya?"

"Enggak mau jalan dulu?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Capek, pengen rebahan dirumah."

Tangannya naik mengacak rambutku. Lalu turun melingkar dipinggangku.

"Yaudah, ayo."

Pandanganku mengedar menatap sekitar sekolah. Sepi sekali. Apakah aku yang paling terakhir keluar dari ruangan? Sudahlah, aku malas cari tau.

"Kamu tau, ada karnaval didekat sungai Han." ujar Jeno.

Aku menoleh padanya. "Who? Apakah disana ada banyak permainan?"

"Tentu. Kamu mau kesana? Nanti malam, bersamaku."

Sejenak, aku menimang ajakan Jeno. Ya, mungkin sudah lama kami tidak menghabiskan waktu bersama, terakhir saat ulang tahunku itu pun hancur karena Jeno yang tak sengaja melempar bola hingga terkena kue ultah.

"Nanti aku beritahu, jika kak Doyoung kasih izin."

"Bukan kak Doyoung yang aku ajak, kenapa harus meminta izin sama dia?" tanya Jeno.

" Jeno-ya dia kakakku, tidak mungkin aku pergi begitu saja tanpa minta izin. Bagaimana jika dia mencariku. Lagipun ayah dan bunda juga tidak ada dirumah, jadi perlu aku meminta izin sama kak Doyoung." jelasku.

"Baiklah."

Sesampainya diparkiran, pandanganku kembali mengedar dan berhenti didekat pohon besar yang berada diselatan parkiran. Dimana sebuah sepeda terparkir dibawahnya. Keningku mengerut. Sebelumnya aku belum pernah melihat sepeda itu, apakah ada anak kecil yang bermain disekitar sekolah?

"Jiya, ayo pulang." panggil Jeno yang sudah berada diatas motornya.

Aku menoleh lalu berlari kecil menujunya. "Jen, sepeda itu punya siapa?"

Jeno mengikuti arah telunjukku yang menunjuk kearah sepeda itu. "tidak tahu. Sudahlah ayo kita pulang."

"Bagaimana jika pemiliknya ada didalam, sedangkan sebentar lagi pak satpam mau menutup pagar." ujarku seraya naik diatas motor.

"Selagi itu bukan urusanmu, jangan dipikirkan Jiya." balas Jeno lalu menjalankan motornya.

Aku mencibik bibir mendengar jawaban Jeno. Dia sedikit aneh. Dari nada bicaranya saja berbeda, apakah dia ada masalah?

ABOUT J | love and hurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang