[ UPEKSHA ]

1.7K 145 146
                                    

~Aku diam bukan berarti aku tidak bisa~


Di kamar pribadi milik Pangeran Mahkota Halilintar, terlihat tujuh bersaudara sedang berbaring  bersama.

Mengabaikan martabat mereka sebagai seorang Pangeran Kerajaan, mereka tertidur dengan sangat nyaman.

Ditilik dari wajah mereka yang tenang dan damai, saling menggenggam tangan dan memeluk tubuh Pangeran Gempa.

Mereka berenam, telah berjuang keras dengan mempertaruhkan seluruh kekuatan. Raja pun, tak berani membangunkan kesemua anaknya.

Membiarkan mereka semua tertidur karena kelelahan, Raja Amato hanya memerintahkan para pengawal untuk melindungi kamar Pangeran Halilintar.

Hasil perjuangan mereka terlihat jelas pada tubuh Gempa, racun serta mana kegelapan sudah hilang.

Aliran vena yang timbul pada lehernya, pun mulai kembali seperti biasanya.

Tak ada lagi kulit berwarna ungu, tak ada lagi rintihan kesakitan yang terdengar.

Kelopak mata salah satu Pangeran mulai terbuka, mengerjap dengan pelan dan kian terbuka.

Terlihat manik emas yang redup, melihat keselilingnya dengan bingung.

Kedua tangannya berusaha untuk bergerak dengan pelan, terutama di bagian lehernya yang masih terasa kaku.

Dapat Gempa lihat, seluruh saudaranya sedang memeluk tangan serta kakinya dengan erat

Perlahan, Gempa mulai melepaskan semua pegangan saudaranya pada dirinya.

Ia ingin bangkit dan berjalan - jalan sebentar untuk menghirup udara segar.

Setelah berhasil melepaskan diri, ia melangkah dengan pelan agar tidak membangunkan semua saudaranya.

"Terimakasih telah menjagaku, tapi aku ingin menghirup udara segar dulu" gumam Gempa lirih.

Satu persatu langkah mulai terdengar, kakinya masih lemah untuk digunakan.

Satu langkah lagi, ia akan sampai di gagang pintu kamar milik Halilintar.

Namun sayang, kakinya goyah dan membuat tubuhnya limbung kedepan.

"Arhk!" pekikan Gempa tercekat.

Ia menutup matanya dan berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh, ia juga sudah siap menerima sakit karena tak seimbang.

"Mau kabur kemana, hm?"

Kelopak mata Gempa terbuka dengan cepat, suara serak khas bangun tidur milik saudaranya terdengar di telinganya.

Gempa menoleh ke atas, ternyata Icetelah menggendong tubuhnya dengan kedua lengannya.

Pangeran Ketiga pun menghela nafasnya pelan, bersyukur bukan kakak pertamanya yang menangkap dirinya.

"Gem bukan kabur, Aku hanya ingin memghirup udara segar saja Pangeran Ice" ucap Gempa pelan.

Ice menaikkan alisnya sebelah, menatap wajah kakaknya yang mulai pulih.

Tahu permintaannya akan ditolak, Gempa mencium kedua pipi Ice dengan cepat.

"Boleh ya, Icesy"

Ice menghela nafasanya gusar, ia menjadi bimbang.

Jika tidak dituruti, Kakaknya ini pasti akan memaksakan dirinya untuk berjalan sendirian.

Ice pun mengangguk, ia melangkah keluar selagi mengeratkan pegangannya pada Gempa.

𝑩𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂 | 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang