[ LEMBAYUNG ]

1.3K 125 30
                                    

~ Aku bahkan tidak tahu siapa diriku sebenarnya ~

•••

Gempa tertawan pelan mendengar ucapan adiknya, tidak seperti biasanya yang akan to the point jika ada pertanyaan yang mengganjal di benaknya.

Ia mengelus rambut adiknya dengan lembut, memijat pelan dahi Ice yang terus bertaut. "Tenanglah, lihat dahimu terlipat seperti pelayan pribadiku",

Mendengar ejekan dari kakaknya, Ice hanya mendengus kesal. Enak saja kakaknya ini, menyamakan paras tampannya dengan wajah Tok Kasa yang merupakan pelayan pribadi kakaknya.

Karena gemas dengan tingkah adiknya, Gempa semakin menuntut Ice untuk bercerita. "Ayolah, aku tidak mau menunggu hingga lembayung tiba"

Mengabaikan candaan kakaknya, Ice lalu mensejajarkan badannya lalu mencoba menenangkan dirinya yang gundah gulana. Banyak pertanyaan yang menjebak raganya, hanya saja ia tak tahu untuk mengutarakannya.

Sebelumnya, ia telah mengumpulkan pertanyaan apa saya yang akan ia layangkan pada kakaknya.

Namun, setelah melihat wajah kakaknya, semua pertanyaan yang telah ia siapkan pun hilang.

Melihat kegundahan adiknya, Gempa menggenggam tangan Ice pelan. Menatap manik sebiru lautan dengan tenang, berusaha meyakinkan dirinya.

"Ice, jangan dipendam. Ceritakan saja dengan pelan, jika kau gugup genggam saja kedua tanganku" pinta Gempa.

Mengangguk paham, Ice lalu menggenggam kedua tangan Gempa. Mengikuti perkataan kakaknya, Ice menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya. 

Yah, lumayan untuk meringankan kepalanya.

Ia lalu menatap manik ke-emasan milik Gempa, mencoba mengeluarkan salah satu dari puluhan pertanyaan yang telah ia buat sebelumnya.

Dengan gugup, Ice akhirnya berbicara. "Ice minta maaf sebelumnya, tapi ada beberapa pertanyaan yang ingin Ice tanya pada Gemgem".

Gempa mengangguk pelan, ia akan menjawab semua pertanyaan Ice semampu dirinya. Dapat ia rasakan, tangan Ice sedikit bergetar.

"Siapa Gempa Van Emperor sebenarnya?" suara Ice terbata - bata.

Ia sebenarnya tak ingin menanyakan ini terlebih dahulu, hanya saja mulutnya tak mau mengikuti perintah otaknya.

Ice menutup kedua matanya, ia tak ingin melihat wajah sedih kakaknya karena ia meragukan saudaranya sendiri.

Bahkan, ia sudah siap menerima pukulan ataupun makian dari kakak tersayangnya itu. 'Aku yakin, Gempa akan meninggalkanku',

Bukannya pukulan atau makian yang didapatkannya, melainkan buaian halus di rambutnya. Ia lalu membuka kelopak matanya, melihat ekspresi kakaknya.

Gempa tersenyum teduh, ditambah wajahnya yang bersinar mampu membuat jiwa Ice tenang.

"Hm, kenapa harus meminta maaf?" tanya Gempa lembut, ia lalu menatap taman disekitarnya.

Gempa kembali menatap wajah adiknya, "Sudah menjadi rahasia umum tentang Siapa Identitas asli dari Gempa Van Emperor, darimana asalnya, siapa Ibunya, dan masih banyak lagi."

"Maaf, jika itu menyakiti hatimu lebih baik jangan dilanjutkan" sela Ice dengan cepat.

Ia tak mau membuat kakaknya menjadi canggung kembali seperti sedia kala, ia sendiri sudah nyaman dengan kasih sayang yang diberikannya.

Gempa terkekeh kecil, tindakan adiknya yang tidak mau membuatny sedih cukup menenangkan dirinya. "Tidak kok, santai saja Pangeran Ice Van Emperor",

Ice menggaruk pipinya yang tak gatal, ia tak tahu harus berekpresi seperti apa. Karena, dihadapan kakaknya ia seperti anak kecil berumur lima tahun.

𝑩𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂 | 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang