[Sosio]

1.1K 115 56
                                    


"Bagaimanapun caranya, aku ingin dia berada di bawah kakiku"

•○•

Setelah sehari sidang berlangsung, para Pangeran mulai menjalankan tugas mereka untuk membantu para warga dalam musibah.

Semua Pangeran telah mengambil misi mereka, kecuali Pangeran Mahkota Halilintar yang harus tetap berada di Istana.

Setelah sidang selesai kemarin, ketiga Pangeran bersama beberapa pengawal memulai perjalanan mereka menuju perbatasan selatan.

Perbatasan selatan bisa ditempuh selama delapan jam dengan kereta kuda, melewati beberapa hutan dan desa lainnya.

Beberapa jam perjalanan berlalu, Gempa mulai tidak nyaman menggunakan kereta kuda yang di siapkan oleh Pangeran Mahkota.

Hanya dirinya yang berada di dalam kereta kuda, kedua adiknya memimpin rombongan bersama dengan pimpinan pengawal.

Ketika manik emasnya menoleh ke jendela, seekor singa besar tengah menatapnya dengan intens.

"Ada apa Liony?, aku hanya ingin melihat pemandangan saja bukannya ingin melarikan diri", keluh Gempa kesal.

Sedari awal mereka berangkat, hewan spritual salah satu adiknya selalu mengawasinya dengan kedua manik jingganya.

Singa itu sesekali mengaum, apabila ada seekor burung atau rusa yang ingin mendekati Gempa.

Karena tak tahan dengan sikap sang singa, Gempa memukul kepala singa itu dengan kuat agar tak menakuti beberapa hewan yang ingin menyapanya.

Ia sebenarnya malu, diperlakukan beda dengan Pangeran lainnya.

Di tambah, beberapa warga asli dari desa perbatasan selatan ikut bergabung dengan gerobak yang telah di sediakan oleh Raja.

Makin buruk lah kesan mereka pada dirinya, sudah tidak pernah terlihat saat perang.

Kini, dalam perjalanan pun menggunakan kereta kuda yang tertutup.

"Saat istirahat nanti, aku akan meminta menunggangi kuda sendiri" ucap Gempa pelan agar tidak terdengar oleh Liony.

Matahari mulai meninggi di atas langit, pemimpin rombongan lalu memerintahkan semuanya untuk beristirahat dan membangun tenda.

Saat semuanya telah terhenti, Gempa langsung turun dari kereta kudanya tanpa menunggu pengawal membukakan pintunya.

Ia berlari menuju kedua adiknya yang masih menunggangi kuda, mengabaikan beberapa pasang mata yang sedang menatapnya.

Ia juga mengabaikan Liony yang terhempas jauh akibat dorongan pintu dari Gempa, singa besar itu seperti tidak ada harga dirinya jika berhadapan dengan Pangeran Ketiga.

"Adik - adikku tersayang, nanti Gem mau naik kuda sama seperti kalian ya", pinta Gempa dengan wajah memelas.

Blaze menoleh ke arah kembarannya, berbicara lewat telepati agar tidak diketahui oleh Gempa.

Ice menghela napasnya lalu turun dari kuda putih miliknya, melipat kedua tangannya di depan dada.

Tatapan tajam di layangkan oleh Ice, "Gem, ingat kata Abang Hali kan?".

Blaze juga melompat turun dari kuda miliknya, merapikan sedikit jubahnya yang kotor terkena debu.

"Kenapa Gem?", tanya Blaze singkat.

Tangannya terangkat menuju pucuk kepala Gempa, namun sayangnya Gempa langsung memiringkan kepalanya begitu saja.

"Blaze, Gem mau naik kuda sendiri", ucap Gempa kekeuh.

𝑩𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂 | 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang