[Genta]

1.5K 125 44
                                    

- Apa salahku? -

•○•

Gempa langsung menutup mulutnya, menghalangi aksi bejat adiknya yang ingin menciumnya lagi.

"Apa ada syarat yang lain?" cicit Gempa.

Ice melanjutkan perjalanannya, ia tetap mengabaikan ucapan kakaknya.

Ia juga mengabaikan semua tingkah jahil kedua tangan Gempa, kedua pipinya sudah menjadi korban.

"Iceeeee, ayolah" kekeuh Gempa terus menerus.

Menarik kedua pipi adiknya dengan gemas, bermain dengan telinga dan rambut belakang Ice.

"Kenapa nih Gem?" ucap seseorang yang mendekati mereka berdua.

Manik emas Gempa lalu beralih menatap saudaranya yang lain, ia mengembungkan kedua pipinya.

"Abang...." Gempa menatap Taufan dengan nanar.

Kedua tangan Gempa terulur kearah Taufan, seakan meminta kakaknya untuk menggendongnya.

Ice mendecakkan lidahnya, siapa juga yang tidak akan terpengaruh dengan rayuan Gempa.

Taufan menatap kedua adiknya secara bergantian, meminta penjelasan lebih tentang Gempa yang berubah manja.

'Gem kenapa?' tanya Taufan selagi menatap mata Ice.

Ice menggeleng, ia tak mau memberitahukannya kalau baru saja ia mencium Gempa sampai lelah.

Gempa semakin merengek, meminta perlindungan dari kakaknya. "Abang kenapa diem?"

Tak mau membuat mood adiknya hancur, Taufan langsung menggendong tubuh adiknya seperti koala.

"Ututuuu, adik abang yang satu ini kenapa sih? Manja banget" goda Taufan selagi mengeratkan pegangannya pada bokong Gempa.

Gempa memeluk leher Taufan, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher kakaknya.

Menangis sesenggukan dalam diam, mengabaikan bahu kakaknya yang akan basah.

"Kau apakan Gempa sampai menangis seperti ini?" ujar Taufan ketus ke arah Ice.

Ice menggendikkan kedua bahunya, "Ini urusan kita berdua",

"Gem, jangan lupa persyaratan tadi harus diikuti atau aku akan bicara dengan Abang Hali" ucap Ice lalu pergi menuju meja makan.

Menyenderkan punggungnya di kursi, ia lelah sedari tadi menerima informasi yang baru ia ketahui.

Menutup kedua matanya dengan tangan es nya yang telah ia ubah, kelopak matanya terasa berat.

Taufan mengabaikan ucapan aneh Ice, ia terus mengelus punggung adiknya yang masih sesenggukan menangis.

"Gemgem ku yang manis, yok selesai nangisnya ya" rayu Taufan pelan.

Sesekali ia akan bergerak ke kanan dan ke kiri, agar perasaan adiknya tenang.

"Emangnya, Ice ngapain Gemgem?" tanya Taufan mendayu.

Inilah yang disukai dari kakak keduanya, ia mampu menyesuaikan dirinya dalam keadaan.

Gempa menguraikan pelukannya, mengabaikan wajahnya yang penuh air mata ataupun bekas ingusnya.

"Masa tadi Ice me--"

Ice langsung memotong aduan kakaknya, "Oh ya kah? Tadi Gempa ter--"

"Aaa enggak ada abang, Gem tadi nakal main keluar gitu aja dari kamar Abang Hali" potong Gempa langsung.

𝑩𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂 | 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang