[ Agasthya ]

1.3K 130 51
                                    

- Semuanya menjadi runyam -

•○•

Gempa meluapkan semuanya, mencengkram baju di punggung Ice dengan kuat.

Ice mengelus punggung Gempa dengan lembut, teriakan parau miliknya mampu menyayat hatinya. Tak pernah sekalipun, ia melihat Gempa dalam keadaan rapuh seperti ini.

Tak seperti Gempa biasanya, kepribadian kakaknya sangat kuat dan cerdas.

Dia memang tidak terlalu sering ikut dalam peperangan, tetapi kakaknya itu bekerja disebalik layar.

Membantu Raja dalam mengatur berkas Kerajaan, sistem agraris wilayah Kerajaan, mendukung Pangeran Mahkota serta pangeran yang lain dalam bertugas, dan masih banyak lagi.

Namun, opini publik semakin tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka tidak pernah melihat Gempa dalam berperang, oleh sebab itu masyarakat mengecap Gempa sebagai "Pangeran tidak berguna".

Dibandingkan dengan berperang atau berkelana, pekerjaan dibalik layar adalah hal yang sangat membosankan dan menyita tenaga serta pikiran.

Jadi, ia sangat takjub dengan kakaknya.

"Kenapa aku selemah ini? aku telah berusaha mencari kebenarannya, belajar serta berlatih hingga sakit tetapi tidak ada kemajuan sama sekali" tutur Gempa kembali.

Gempa menggigit bibirnya kuat, melampiaskan rasa sakit yang menjarah hatinya. "Aku bahkan tidak pernah berkelana, tetapi banyak musuh yang datang untuk memenggal kepalaku"

"Kami akan melindungimu" bisik Ice tepat di telinga Gempa.

Mendengar itu, Gempa langsung melerai pelukannya. Menjauhkan diri adiknya dari hadapannya, manik emasnya menatap wajah Ice dengan lekat.

"Aku tidak mau selalu merepotkan kalian untuk melindungiku, selalu mengorbankan nyawa kalian yang berharga untuk orang yang tidak jelas asal usulnya ini" pekik Gempa.

Ia mengepalkan tangannya dengan kuat, sehingga buku - buku jemarinya melukai telapak tangannya. Tanpa sadar, ia juga telah melukai bibirnya.

Ice tertegun melihat keputusasaan kakaknya, terlihat jelas di gurat wajahnya yang kini mulai memerah karena terus menangis.

Ia mendekati kakaknya kembali, menggenggam kedua kepalan tangan Gempa yang berdarah. "Jangan seperti ini Gem, kau kuat, kau bisa seperti biasanya"

"Seperti biasanya?!"

Gempa menghempaskan pegangan tangan Ice, nada suaranya mulai meninggi. Nafasnya mulai memburu, emosi yang telah lama terpendam kini memuncak.

"Kalau kau mau tahu Ice, aku lelah dengan diriku yang 'seperti biasanya'. Aku selalu diminta sabar dalam keadaan apapun" keluh Gempa.

Air mata membasahi wajahnya, bibir terluka kembali digigit oleh sang empunya.

"Jika tidak ada Raja ataupun Pangeran lainnya, aku selalu dipandang sebelah mata dan para Perdana Mentri brengsek itu akan melimpahkan semua pekerjaan mereka kepadaku"

"Jika aku menolak, mereka akan menyerang mentalku dengan kekuatan magis yang mereka miliki. Ini salahku juga karena lemah" Gempa menangkup kepalanya.

Menarik rambutnya dengan kuat, melepaskan semua beban pikiran yang selama ini menghantuinya.

"Banyak mimpi buruk datang mengganggu tidurku, salah satunya ketika Taufan hampir kehilangan nyawanya karena melindungiku dari cakaran iblis serigala",

Ice kehabisan kata - kata, ia tak pernah sekalipun menghadapi seseorang yang seperti ini.

𝑩𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂 | 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang