[Equality]

1.2K 109 63
                                    

Percaya atau tidak, semua cerita di akun ini saling berhubungan

"Happy Reading"


•○•


- Bolehkah aku menyerah? -


•○•


Halilintar bergegas memanggil semua dokter terbaik yang dimiliki oleh Kerajaan, meminta mereka untuk membuktikan peringkat yang dimilikinya.

Solar ikut membantu, ia memimpin semua dokter untuk mengecek keadaan Gempa yang tiba - tiba tertidur.

Kejadian sebelumnya saja belum sembuh sempurna, ditambah sekarang mereka takut mental Gempa terkikis.

Ice menatap wajah Gempa nanar, ia harus memberitahukan semuanya. "Maafkan aku Gem, tapi ini semua demi kamu", gumamnya.

Ia mendekati Halilintar yang bersimpuh disebelah ranjangnya, memegang tangan Gempa erat.

"Hali, ada sesuatu yang harus kita bicarakan" ucap Ice, namun tak diindahkan olehnya.

Ice menghela nafasnya, melipat kedua tangannya. "Ini tentang Gempa", sambung Ice.

Benar, setelah ia mengucapkan nama Gempa, kakaknya itu langsung menanggapinya.

"Ada apa dengan Gempa?" Halilintar masih menatap wajah adiknya yang pucat.

Ice menghela nafasnya, ia mengambil kursi yang ada lalu meletakkannya di seberang ranjang Gempa.

"Aku minta maaf Gem, aku tak bisa menempati janjimu. Ini semua demi kesehatan Gemgem" Ice mengelus tangan Gempa lembut.

Halilintar menatap tindakan adiknya, perkataannya membuat dirinya penasaran.

"Janji apa yang kalian buat?" tanya Halilintar yang sedikit menuntut.

Manik sebiru lautan itu beralih menatap kakak sulungnya, ia menyuruh semua pelayan dan penjaga untuk keluar dari ruangan.

Menyisakan mereka bertiga saja, merasa tak ada siapapun. Ice melanjutkan perkataannya, "Janji untuk tidak memberitahukanmu sesuatu",

Halilintar menaikkan salah satu alisnya, menatap bingung adiknya. "Apa maksudmu?",

"Haah, kemarin saat aku pergi berdua dengan Gempa. Tanpa sadar, ia memberitahuku kalau ia ditindas oleh para Perdana Menteri itu", tutur Ice pelan.

Kedua tangannya terkepal kuat, menahan emosinya untuk tidak meledak.

"Sejak kapan?" suara Halilintar terdengar tajam.

Amarah menutupi kedua manik merah kakak sulungnya, jika saja tangannya tak menggenggam tangan Gempa, mungkin dia akan langsung mendatangi kediaman para perdana menteri.

"Gempa tak memberitahuku sejak kapan, tapi dia selalu dipaksa untuk mengerjakan tugas para tikus itu," Ice menjeda ucapannya.

Ia beralih menatap wajah tirus Gempa, kenapa selalu dia yang ditargetkan oleh orang - orang yang tidak menyukai keluarga kerajaan.

Ice menghela nafasnya gusar, "Jika Gempa menolak perkataan mereka, ia akan diserang dengan kekuatan mental sehingga membuatnya menuruti perkataan mereka."

𝑩𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍𝒂 | 𝘌𝘭𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang