6 | Siapa Dia?

262 221 81
                                    

Di dalam kelas, semua siswa berbisik lalu memandangi Kala dan Dirga secara bersamaan. Tak ada yang berani mendekati atau hanya sekadar menanyai keadaan mereka masing-masing. Kala dan Dirga pun nampak diam saja seolah tidak terjadi apa-apa saat di lorong. Reza, sang ketua kelas dari X.1 pun baru mengetahui kejadian tersebut saat ia berada di dalam kelas. Dirinya juga tidak bisa berbuat banyak karena menurutnya biarlah itu menjadi urusan Kala dan Dirga.

Audrey hanya bisa menatap Kala yang saat ini sibuk menulis. Dalam situasi seperti ini, ia juga tidak berani mendekati Kala. Walaupun dalam hatinya Audrey ingin sekali memberi obat merah yang sudah sejak tadi ia pegang. Namun, lagi-lagi Audrey mengurungkan niatnya itu karena takut jika perbuatannya itu mengganggu.

Kala menatap benda pipih berwarna hitam dengan logo apple yang ada di atas mejanya. Setelah memikirkan sejak tadi mengenai ekskul apa yang akan ia ikuti, pilihannya jatuh pada ekskul basket saja. Lagipula jika sewaktu-waktu ia ingin mencoba ekskul lain Kala bisa dengan mudahnya langsung bergabung, bukan?

***

"Apa ini alasan lo jadi ketua broadcasting?" tanya Kala pada Daren dengan tatapan yang penuh mengintimidasi.

Daren yang mengunyah permen karet tertawa kecil. "Kenapa? Lo tertarik buat gabung juga? Tenang aja, nanti lo gue angkat jadi wakil."

Setelah pelajaran usai, Kala memutuskan untuk masuk dan melihat-lihat ekskul broadcasting yang direkomendasikan oleh Sagara sebelumnya. Saat memasuki ruangan itu, Kala begitu kagum melihat fasilitas yang begitu lengkap disana. Daren yang duduk di kursi bersama dengan beberapa siswa lainnya yang ikut tergabung dalam ekskul itu sedikit heran melihat kedatangan Kala, seperti tamu yang tak diundang. Ia dengan rasa tak bersalahnya melambaikan tangan pada Daren sehingga pembahasan mereka pun harus dihentikan dan akan dilanjutkan nanti.

Mata Kala teralihkan saat ia melihat sebuah buku tebal dengan cover yang bertuliskan "Buku Keanggotaan Broadcasting Harisson School", ia merasa tertarik dan membuka buku tersebut. Kala lalu mendengus saat dirinya menyadari bahwa anggota ekskul siaran rata-rata diikuti oleh kaum perempuan.

Daren membereskan peralatan kamera yang berada di atas meja ruang siaran. "Jadi gimana, apa lo tertarik buat gabung?"

Kala yang masih membolak-balikkan buku keanggotaan menyahuti ucapan Kala. "Gue ngga minat." Setelah melihat daftar keanggotaan, ia lalu melihat beberapa nama dalam buku tersebut. "Reza sama Nabila gabung juga?"

"Iya, udah lama. Mereka selalu berdua kalo kemana-mana. Kenapa? lo cemburu?"

Kala menutup buku yang sejak tadi ia buka. "Gila lo! Ngapain juga gue harus cemburu?"

Daren kembali duduk di kursinya, menatap Kala. "Ya kali aja perasaan lo masih buat Nabila."

Saat Kala akan menjawab, tiba-tiba terdegar suara ketukan pintu dari luar. Setelah Daren menyuruhnya untuk membuka, terlihat seseorang yang sejak tadi mereka bicarakan. Mereka adalah Reza dan Nabila.

Daren memutarkan kursi nya menghadap Reza dan Nabila. "Panjang umur lo berdua. Tuh ada yang ngomongin lo dari belakang, Za."

Kala yang tidak terima langsung membulatkan matanya mendengar ucapan Daren. "Anjir, gue cuman nanya doang." Protesnya.

Daren hanya tertawa melihat wajah Kala yang kesal. Reza yang sejak tadi melihat tingkah aneh eman-temannya itu hanya diam. Lain halnya dengan Nabila yang terlihat salah tingkah dan sedikit terkejut melihat kedatangan Kala disana.

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang