Setelah menanyakan hal itu pada Kala, tidak ada jawaban dari laki-laki yang ada dihadapannya saat ini. Hanya sebuah tatapan mata yang sulit diartikan oleh Alana.
Kala memutar bola matanya malas. "Lo banyak tanya." Ia lalu menghela napasnya. "Denger ya, gue ngga akan pernah ngasih tau tentang lo ke anak-anak yang lain. Mau lo kerja dimana, tinggal dimana gue sama sekali ngga peduli. Lagian apa untungnya buat gue?"
Alana menatap mata Kala dengan serius. Ia masih tidak percaya apa yang diucapkan oleh laki-laki yang ada dihadapannya ini. "Beneran? Tapi kalo lo mau ngasih tau yang sebenarnya ngga papa kok, gue udah-"
"Bisa ngga bahas yang lain?"
"Ehh?" Alana mengernyitkan dahi.
Kala mendekatkan wajahnya ke arah Alana, jarak mereka sangat dekat yang membuat gadis itu mendorong dada Kala.
"Aww aduhh dada gue, sakit banget ini." Kala sengaja meringis kesakitan agar mendapat perhatian Alana. Hal itu ternyata berhasil karena saat ini Alana nampak khawatir.
"Ehh maaf-maaf gue ngga sengaja, lo sih ngeliatin gue deket banget, gue jadi takut." Alana langsung mendekati Kala dan mengusap-usap dadanya pelan.
Kala langsung tersenyum senang, yang membuat Alana menjadi heran. "Kok lo senyum-senyum? Lo ngerjain gue ya?" tanya Alana kesal.
Senyum Kala semakin mengembang. Kehadiran Alana membuat dirinya sedikit membaik. "Lo lucu kalo lagi kesel."
Alana hampir saja memukul laki-laki itu, namun tangannya ditahan cepat oleh Kala yang sedang tertawa. Kesal dengan tingkah Kala, ia langsung berdiri untuk meninggalkannya. "Ihh ngeselin banget, deh. Udah ahh gue mau ke kelas."
Kala lalu berdiri, menahan tangan gadis itu. "Sorry kalo candaan gue keterlaluan, udah jangan ngambek lagi."
Mendengar itu Alana yang masih membelakangi Kala tersenyum kecil. Ia merasa terhibur dengan kehadiran laki-laki itu. "Iya-iya gue maafin. Btw makasih ya untuk kemarin dan hari ini."
Perlahan Kala melepaskan tangannya yang sedari tadi memegang tangan Alana. Ia menghela napas lega saat tahu gadis itu tidak marah padanya.
Setelah mengatakan terima kasih, Alana meninggalkan Kala. Ia berjalan dengan membawa buku-buku nya. Hingga dirinya merasa seseorang menarik lembut ikat rambutnya.
"Nah, lo keliatan lebih cantik kalo kayak gini." Kala sudah berjalan di depan Alana dan menatapnya dengan senyum menggoda, ia juga mengedipkan sebelah matanya pada gadis itu.
Alana terkejut dengan tingkah Kala yang menarik ikat rambutnya hingga terlepas, membuat rambut panjangnya itu tergerai bebas. Tidak hanya sampai disitu, Kala dengan berani mengambil ikat rambutnya dan memasukkannya ke dalam saku celana. Melihat itu Alana langsung mengejarnya dan berteriak. "Ehh tunggu, balikin ikat rambut gue."
Menyadari bahwa Alana mengejarnya, Kala mempercepat langkahnya dan tersenyum hingga menunjukkan deretan gigi nya yang rapi. Senyum yang membuat siapa saja terpesona melihat Kala saat ini.
Namun tanpa mereka sadari, seseorang tengah memperhatikan interaksi keduanya dengan penuh gejolak amarah.
***
Alana berjalan menyusuri lorong yang nampak sepi. Para siswa sudah masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Ia berjalan perlahan memikirkan perkataan salah satu guru yang mengurusi kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
"Setiap siswa wajib untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler." Jawabnya tegas.
Alana mengambil sebuah kertas yang berisi daftar ekstrakurikuler yang ada di Harrison School.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
Novela JuvenilAskara Harrison Chandrakala, putra kedua dari Elvanno Harrison tetap menolak saat ayahnya menyuruh untuk kembali ke Aussie. Ia tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal bersama keluarga Harrison lainnya. Alhasil ayahnya mendaftarkan Kala di sekolah...