23 | Ruang Siaran

113 76 83
                                    

Kala langsung melangkah menuju lemari pendingin untuk mengambil sebuah minuman seperti tujuan awalnya. Selain minuman dingin, Kala juga mengambil botol air mineral dan susu kotak rasa cokelat untuk Alana. Ditambah lagi roti dan makanan ringan yang membuat kedua tangannya penuh.

Saat melakukan pembayaran di kasir dari balik kaca Kala tak sengaja melirik ke arah Alana yang terlihat melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. Kala kembali teringat kejadian Alana yang menangis di depan minimarket. Namun sekarang Kala akan melindungi gadis itu karena ada bersamanya.

"Ini barang belanjaannya, Kak." Ucap seorang kasir.

Kala terperanjat dan langsung tersadar. "Oh ya, terima kasih."

Perempuan berpakaian rapi dengan polesan make-up itu tersenyum ramah. "Sama-sama."

Kala bergegas keluar dari minimarket. Ia lalu menghampiri Alana dengan mengeluarkan barang belanjaan yang sudah dibelinya. Dengan santainya Kala menyusun makanan itu di atas meja tepat dihadapan Alana.

Alana yang melihat tingkah Kala hanya bisa diam dan melongo.

"Selesai." Kala mengibaskan kedua tangannya sambil tersenyum. Ia lalu menarik kursi dan membuka minuman kaleng dingin. Dengan beberapa tegukan saja minuman itu sudah habis. "Jangan liatin gue, ntar naksir."

Kala memergoki Alana yang sedari tadi melihatnya. Setelah mengatakan hal itu gadis yang ada dihadapannya saat ini langsung mengedarkan pandangan ke arah lain.

Alana merasa malu karena ketahuan memperhatikan Kala. Ia menatapnya kesal. "Ihh apaan sih."

Melihat raut wajah Alana yang kesal dan tidak lagi melamun seperti tadi membuat hati Kala menjadi tenang. Entah mengapa membuat gadis itu kesal karena ulahnya menjadi hal yang disenangi Kala.

"Ehh lo kenapa beli banyak makanan gini? Mana disusun di atas meja lagi, kayak lagi piknik tapi minus tenda." Alana melirik ke arah makanan di depannya.

Bukannya langsung menjawab, Kala mengambil sebuah botol air mineral dan membukanya. Ia lalu menyodorkannya pada Alana. "Minum dulu."

Beberapa saat Alana hanya terdiam tetapi perlahan ia mengambil botol itu dari tangan Kala. "Yah ngga dijawab. Tapi buat ini-" Alana mengangkat botol pemberian Kala. "Makasih, ya."

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Sekarang giliran Kala yang memperhatikan gadis yang ada dihadapannya ini. Alana yang merasa dirinya sedang diperhatikan hanya bisa menunduk memilin jari tangannya.

"Ini dimakan bukan diliatin atau lo mau disuapin?" tawar Kala dengan nadanya yang menyebalkan.

Mendengar itu Alana membulatkan kedua bola matanya yang membuat Kala tertawa hingga menampilkan deretan giginya yang rapi. Melihat laki-laki dengan rambut yang sedikit berantakan ini tertawa lepas, seketika membuat Alana langsung terpesona. Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya pelan.

Alana membuka makanan yang dibeli Kala. "Maaf ya gue jadi ngerepotin." Ada jeda pada kalimatnya. "Entah ini cuman kebetulan aja atau emang udah takdirnya, lo selalu ngelindungin gue." Jelas Alana, dirinya tersenyum sambil melirik ke arah Kala. "Lo baik. Gue bersyukur bisa ketemu orang kayak lo. Sekali lagi makasih banyak, ya."

Hati Kala menjadi hangat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Alana. Perempuan bermata bulat dengan rambut panjang nya yang diurai serta celana tidur bergambar kartun ini terlihat begitu menggemaskan. "Cuman kebetulan aja, sih. Lagian gue ngga sebaik apa yang lo liat. Tapi karena lo udah bilang makasih 2 kali, gue akan bales-" Kala berdiri dan menarik napas, ia lalu melanjutkan kalimatnya. "Sama-sama, Tuan Putri." Kala menunduk seakan Alana adalah tuan putri, majikannya.

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang