10 | Gadis Itu

200 159 38
                                        

Kala menikmati hari minggu nya dengan berolahraga ringan sambil berlari-lari kecil. Saat ini ia memulai kembali rutinitas yang sering dilakukannya ketika masih berada di Aussie. Di sela-sela kesibukannya Kala mencoba untuk menyempatkan diri melakukan rutinitas olahraganya itu.

Setelah hampir 20 menit berlari, Kala lalu beristirahat di sebuah bangku kosong dekat taman sambil meluruskan kakinya. Berbeda dari hari biasanya yang terlihat sepi, pada minggu pagi ini taman yang hanya berjarak beberapa kilometer dari rumahnya itu terlihat ramai. Beberapa orang nampak sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Di tempat duduknya Kala bisa melihat sekumpulan remaja yang berolahraga, di sudut sebelah kanan terlihat beberapa wanita yang mengobrol sambil mengawasi anak-anak mereka bermain. Ada juga yang hanya duduk bersantai menikmati pemandangan pagi sambil menghirup udara segar.

Sesekali Kala mengusap dahinya yang berkeringat. Ia lalu membuka tutup botol air mineral yang sudah dibelinya tadi.

"Halo Kakak, Key boleh duduk disini?"

Tiba-tiba saja terdengar suara gadis kecil yang saat ini berada di depannya. Kala yang terkejut hampir saja tersedak. Setelah menutup botol minumnya, ia lalu menatap gadis kecil dengan rambut yang dihiasi pita berwarna merah tersenyum manis padanya.

Kala lalu mengangguk. "Boleh, sini duduk." Ia yang merasa heran dengan kedatangan gadis kecil ini lalu bertanya. " Ehmm sama siapa kesini?"

"Nama aku Keyla, Kak. Panggil aja, Key, ya?" Gadis kecil yang bernama Key itu tersenyum. "Aku kesini sama Mami dan Adik. Tapi Adik Key nangis mau balon, jadi Mami beli balon dulu disitu."

Kala melihat tangan kecil Key yang menunjuk ke arah depan mereka. "Oh."

Keadaan menjadi hening seketika. Diam-diam Kala memperhatikan Key yang selalu tersenyum sambil memegang dan mengusap-usap boneka teddy bear berwarna coklat yang dipegangnya sejak tadi.

"Key udah bilang kalo mau duduk disini?"

Key mengangguk cepat. "Udah, kok. Mami bolehin, soalnya Key capek berdiri terus."

Kala yang melihat Key mengerucutkan bibirnya tidak bisa menahan senyumannya. "Tapi Key harus hati-hati,ya. Jangan sendirian." Kala mengusap rambut gadis berusia sekitar 5 tahun itu dengan penuh kasih sayang.

Key terdiam sebentar, memikirkan sesuatu. "Takut ada penculik, ya? Ia lalu menatap Kala dengan menyipitkan matanya. "Tapi Kakak bukan penculik, kan?"

Mendengar pertanyaan polos yang muncul begitu saja dari mulut Key itu Kala terkejut sekaligus ingin tertawa, namun ia sekuat mungkin berusaha untuk menahan tawanya. "Emangnya muka Kakak kayak penculik, ya?"

"Coba Key liat dulu." Key mendekatkan posisi duduknya ke arah Kala. "Ehmm kayaknya ngga, deh. Muka Kakak ganteng, apalagi kalo senyum gini." Sedetik kemudian telunjuk kecilnya menusuk-nusuk pipi Kala dengan lembut. "Kakak juga baik udah ngebolehin Key duduk disini. Berarti Kakak bukan penculik."

Kala tidak bisa lagi menahan tawanya mendengar ucapan Key. Sama seperti Kala, Key yang melihat itu pun juga ikut tertawa. Hingga seorang ibu muda bersama seorang laki-laki yang berada di pangkuannya datang menghampiri mereka berdua. "Key, ayo kita pulang."

"Oke Mami." Key lalu turun dari bangku, dibantu dengan Kala. "Kakak ganteng Key pulang dulu, ya."

Kala lalu mengangguk dan mengusap puncak kepala Key. "Hati-hati ya."

Ibu muda dengan tampilan yang terlihat modis itu menatap Kala. "Duh maaf jadi ngerepotin. Anak saya pasti ganggu, ya?"

Kala menggeleng dan tersenyum. "Ngga kok, Tan."

Key menarik tangan Kala pelan. "Nanti kita ketemu lagi ya, Kakak ganteng. Makasih udah nemenin Key."

Kala tersenyum. Ia lalu mensejajarkan posisinya dengan Key. "Sama-sama, Key."

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang