Kala langsung melajukan mobilnya menuju tempat yang dimaksud oleh Kenzo. Ia takut jika Kenzo akan lebih dulu menemukan Alana disana. Sepanjang perjalanan ia masih memikirkan perkataannya pada laki-laki itu. Kala ragu apakah keputusan nya untuk tidak memberitahukan yang sebenarnya pada Kenzo adalah pilihan yang tepat.
"Kapan lo pesen makanannya?"
"Waktu lo dan yang lain ngumpul di apartemen gue."
"Lo tau restonya?"
Kenzo mengirimkan lokasi via whatsapp mengenai tempat lokasi resto itu. "Kenapa lo?"
Kala terlihat gelagapan saat Kenzo mulai mencurigainya. Namun ia berusaha untuk tetap tenang. "Ngga, gue heran aja atau mungkin lo salah liat."
Kenzo mengangguk kecil. Apa yang dikatakan Kala sepenuhnya tidaklah salah.
"Lagian mana mungkin pelayan resto biasa masuk wilayah Harrison School." Kala mengambil tas nya. "Bokap gue juga milih-milih buat ngasih beasiswa ke orang lain." Ia terpaksa berbohong hanya untuk melindungi identitas Alana.
Disinilah Kala berada sekarang. Tepat di halaman sebuah resto sederhana yang dipenuhi dengan karangan bunga bertuliskan kata "selamat." Benar apa yang dikatakan oleh Kenzo, sepertinya resto ini memang baru dibuka. Untuk memastikan apakah Alana bekerja disana, Kala turun dari mobil dan masuk ke dalam resto itu. Baru beberapa langkah masuk ke dalam resto, di ujung meja terdengar suara keributan.
"Ma-maaf Nona saya ti-tidak sengaja. Saya akan mengambilkan menu yang baru." Suara itu berasal dari seorang pelayan perempuan yang berdiri menatap ke arah piring yang berada di atas meja.
Wanita muda yang ada di hadapannya ini murka. "Dasar pelayan tidak becus!" Ia melemparkan piring yang ada di depannya. "Aku sudah menunggu lama dan kau malah membawa menu makanan yang salah! Apa kau buta haa!?" Ia langsung berdiri, bersiap untuk menampar. Namun dengan sigap, Kala melindungi pelayan itu dan menahan lengan wanita muda yang ada di depannya saat ini.
"Melakukan kekerasan fisik terhadap seseorang akan berdampak pada kehidupanmu juga, Nona." Kala dengan tenang mengatakan itu. Lain halnya dengan wanita muda yang dipenuhi emosi dan kemarahan. "Aku tidak segan untuk melaporkan tindakan Anda ke jalur hukum jika Anda tidak segera pergi dari resto ini."
Wanita muda itu menarik tangannya cepat. Ia menatap sinis pada Kala. "Tidak perlu ikut campur." Dengan cepat mengambil tas nya. "Kau dan pelayan itu sama. Miskin dan tidak berguna!" bentaknya.
Kala tertegun mendengar perkataan wanita muda yang berlalu meninggalkannya itu. Jika saja yang ada dihadapannya tadi adalah seorang laki-laki, Kala tidak akan memikirkan dua kali untuk menghajarnya hingga babak belur.
Berbeda dengan Kala, pelayan yang baru saja ia tolong barusan cukup terkejut melihat kedatangan laki-laki berseragam Harrison School. Dirinya mengatur napas dan berusaha untuk menenangkan diri.
"Terima kasih."
Seketika lamunan Kala buyar mendengar suara lembut yang begitu familiar. Dan benar saja, gadis yang ia lindungi tadi adalah Alana dengan berseragam lengkap khas pelayan resto.
Alana berjongkok, membersihkan pecahan piring yang terlihat berserakan di lantai karena ulah wanita tadi. Hari ini ia lebih banyak melamun dan kehilangan fokus bekerja karena terlalu memikirkan penjelasan dari Reza mengenai Harrison School yang berakibat ia dimarahi habis-habisan oleh pembeli.
Tiba-tiba seorang laki-laki berpakaian sama seperti Alana menghampirinya. "Al, lo ngga papa? Ada yang luka? Maaf gue ngga bantuin lo tadi, gue sibuk di dapur dan ngga tau kalo ada keributan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
Teen FictionAskara Harrison Chandrakala, putra kedua dari Elvanno Harrison tetap menolak saat ayahnya menyuruh untuk kembali ke Aussie. Ia tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal bersama keluarga Harrison lainnya. Alhasil ayahnya mendaftarkan Kala di sekolah...