5 | Ekstrakurikuler

259 230 82
                                    

"Jadi lo udah tau mau gabung di ekskul yang mana?" tanya Sagara pada Kala. "Lagian nih ya, lo pasti tau kalo Harrison School ini ekskul nya lengkap."

Kala nampak masih berpikir. Ia memutar bolpoin yang ada di tangan kanannya. Jujur saja, ia masih tidak tahu ekskul apa yang akan ia ikuti. Sudah 20 menit berlalu Sagara masih menunggu jawaban dari Kala. "Gue masih bingung."

Sagara menatap Kala dengan tatapan kesal. "Lo punya banyak bakat, Kal. Lo bisa main basket, futsal, golf. Lo bisa ikut kelas fotografi." Sagara lalu menatap Kala. "Atau lo mau coba hal baru?"

Kala mengernyitkan dahi dan menoleh pada Sagara. "Hal baru? Maksud lo?"

"Ikut gabung di ekskul broadcasting. Kayaknya lo belum pernah nyoba itu."

"Lo ikut ekskul itu?" tanya Kala

Sagara menyandarkan tubuhnya di sebuah kursi. "Ngga, lebih tepatnya belum. Tapi gue liat-liat peminatnya banyak juga."

Kala memutar bola matanya. "Kirain lo ikut." Namun ia terlihat penasaran. "Ehmm lo tau siapa ketua ekskulnya?"

"Daren." Sagara dengan cepat menghela napas, membenarkan posisi duduknya sebelum melanjutkan kalimat dan menatap Kala dengan serius. "Gue baru inget kalo seminggu yang lalu dia juga ngajak Dirga buat gabung ke ekskul itu."

***

Setelah melakukan olahraga dan berakhir dengan bermain basket, Kala bergabung dengan teman-teman kelasnya yang lain. Ia berusaha untuk berbaur dan beradaptasi dengan teman-teman kelasnya yang terbilang masih sangat baru bagi Kala.

"Lo jago juga main basket, Kal." Ujar Mario, salah satu teman kelas Kala yang saat ini tengah menyodorkan air mineral padanya.

"Thanks, Mar." Kala tersenyum lalu meminum air tersebut. "Tapi gue ngga sehebat lo."

Mario dan yang lainnya tertawa kecil. Mereka terlibat obrolan ringan bersama Kala. Mario dan beberapa temannya yang lain menyadari Kala tidak seperti rumor yang beredar belakangan ini yang mengatakan bahwa Kala adalah pribadi yang sombong dan angkuh. Ia bahkan memiliki sifat yang sama seperti Dirga, kejam dan sering menindas orang lain. Namun yang mereka lihat adalah seorang Kala yang terlihat bergaul dengan siapapun bahkan bukan hanya dari kalangan kasta pertama, pertemanannya juga terjalin dengan siswa di kalangan kasta kedua.

Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba seorang gadis berpenampilan rapi dengan rambutnya yang indah bergelombang menghampiri Kala.

Mario yang mengerti akan situasi pun segera berpamitan meninggalkan Kala dan menepuk pundaknya. "Kal, gue sama yang lain cabut duluan ya."

Kala mengangguk lalu tersenyum. "Oke Mar, nanti gue nyusul."

Kala kembali meneguk air mineral yang diberikan oleh Mario hingga tandas. Ia sama sekali tidak menghiraukan gadis yang sejak tadi ada dihadapannya itu. Sikap ramah yang Kala tunjukkan pada teman-temannya berbanding terbalik pada gadis yang akan menjadi tunangannya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Kala ketus.

Audrey memperhatikan Kala, setelahnya ia langsung mengambil handuk yang tergantung di leher Kala dan diusapkan pada wajahnya yang terlihat berkeringat. Bukannya senang, Kala langsung memegang tangan Audrey dan berusaha untuk menghentikan perbuatannya itu.

"Gue bisa sendiri."

Audrey menatap kedua mata laki-laki yang ada dihadapannya saat ini. "Aku tau." Audrey tersenyum. "Kamu ngga lupa status kita, kan?"

Kala terlihat jengah berada di dekat Audrey. "Gue ngga akan lupa akan hal itu. Tapi—". Ia lalu berdiri. "Perasaan gue ke lo ngga lebih dari sebatas teman, Audrey."

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang