Sudah hampir satu minggu lebih Kala tinggal bersama Keandra. Semenjak kedatangannya, kakaknya itu sangat jarang menginap di hotel. Ia disibukkan dengan berbagai pertemuan. Keandra juga sering pergi ke luar kota untuk mengurus beberapa pekerjaan terkait dengan perusahaan Harrison.
Kala menulis beberapa nama yang akan ia cari informasinya. Mulai dari sekretaris pribadi ayahnya sampai direktur Harrison School. Entah mengapa ia menaruh rasa curiga yang besar terhadap Nyonya Esterla. Kala yakin ada rahasia besar yang disembunyikan oleh ayah dan nyonya Esterla.
Saat tengah memikirkan sesuatu, terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu hotel. Kala lalu bergegas menghampirinya.
"Lo? Kenapa bisa ada disini?" tanya Kala pada seseorang yang tersenyum manis padanya.
"Boleh aku masuk?" belum sempat Kala mengizinkannya, ia langsung masuk begitu saja.
Kala tidak terlalu terkejut saat melihat Audrey mengetahui keberadaannya. Mudah saja baginya mengetahui dimana Kala berada. Ia hanya melongo melihat gadis itu dengan santainya masuk ke dalam kamar laki-laki. "Lo dalam bahaya jika masuk ke dalam kamar laki-laki, Au."
Audrey meletakkan tasnya di atas meja. "Ya jika itu laki-laki lain." Ia lalu melepaskan high heels nya. "Berbeda jika laki-laki itu kau, Kala. Karena aku yakin kau tidak akan berani menyentuhku."
Kala hanya terdiam. Ia lalu menanyakan maksud kedatangan Audrey yang menemuinya. "Oke, langsung aja. Ada urusan apa lo dateng kesini?"
"Aku hanya ingin berbelanja dan jalan-jalan denganmu hari ini. Sudah lama kita tidak melakukan itu, kan?"
Kala menggeleng cepat. "Gue ngga mau." Ia lalu pergi ke dapur. Mengambil dua gelas air untuknya dan Audrey.
"Oke. Gimana kalo aku yang pergi berbelanja. Setelahnya kita berdua memasak di ruangan ini. Lagipula Kakakmu pasti tidak akan pulang."
Kala lalu menyodorkan gelas berisi air itu untuk Audrey. "Sorry cuman ada ini." Audrey yang melihat itu sangat senang, ia merasa Kala mulai perhatian padanya. Padahal Kala hanya melakukan itu karena Audrey adalah tamunya. "Gue sibuk." Jawabnya singkat.
Audrey lalu meminum air mineral yang disuguhkan Kala sampai habis. "Sepertinya aku harus menelpon ayahmu agar kau mau untuk menemaniku."
Saat Audrey akan menelpon Elvanno Harrison. Kala langsung merebut handphone ditangannya itu. Ia sangat malas jika harus berurusan dengan ayahnya. "Cepat keluar dari sini dan tunggu di mobil lo. Gue bakal siap-siap."
"Apa aku harus mempercayaimu begitu saja?"
Kala harus menahan emosinya. Berdebat dengan Audrey semakin membuatnya pusing. "Keluar sekarang sebelum gue berubah pikiran, Audrey. Ini penawaran terakhir."
Audrey dengan cepat mengambil tasnya dan menggunakan kembali high heels nya. Ia lalu berdiri dan beranjak pergi dari kamar itu. Kala hanya mengusap wajahnya gusar.
***
Sudah hampir 2 jam mereka berdua mengelilingi mall. Audrey sedikit kecewa karena melihat Kala yang hanya memakai kaos panjang berwarna hitam yang dilipat nya hingga ke siku dan celana jeans dengan warna yang senada. Berbeda dengan Audrey yang sudah berdandan agar tampil cantik dan menarik perhatian Kala, namun laki-laki yang tengah berjalan bersamanya saat ini sama sekali tidak memuji atau berbicara padanya sepanjang perjalanan mengelilingi mall itu.
"Kamu mau makan?" tanya Audrey.
Laki-laki yang memegangi beberapa paperbag berisi belanjaan Audrey hanya membalas singkat. "Gue ngga laper."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
Ficção AdolescenteAskara Harrison Chandrakala, putra kedua dari Elvanno Harrison tetap menolak saat ayahnya menyuruh untuk kembali ke Aussie. Ia tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal bersama keluarga Harrison lainnya. Alhasil ayahnya mendaftarkan Kala di sekolah...