Kala mengambil earphone berwarna hitam yang ada di tasnya. Ia tahu bahwa teman-temannya akan heboh tentang apa yang dilakukannya tadi pada Alana. Kala tidak peduli dan seperti biasa ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Kala." Tiba-tiba saja seseorang datang menghampiri dan memanggilnya.
Melihat respon Kala yang tidak memperdulikannya, gadis itu menarik earphone yang terpasang di telinganya.
Kala menghela napas kasar dan menatap tajam gadis yang ada di depannya ini.
"Siapa dia?" tanyanya.
Kala mengernyitkan dahi, ia bingung dengan maksud dari pertanyaan Audrey.
Audrey masih menatap Kala. "Alana Senja Jeanne. Kamu kenal dia, kan?" Ia hanya ingin tahu seberapa jauh Kala mengenal Alana.
Tidak ada respon dari Kala yang membuat Audrey terdiam. Laki-laki itu sama sekali tidak terkejut saat Audrey menyebutkan nama Alana. "Jadi kamu udah tahu dia, ya." Ujar Audrey lirih. Ia kembali dibuat bertanya-tanya sejak kapan Kala mengenal Alana. "Dari kapan kamu kenal dia? Kenapa kamu ngga pernah cerita? Jawab Kala!" Desak Audrey. Dirinya geram melihat Kala yang hanya diam.
Kala memijat keningnya. Sungguh gadis yang ada dihadapannya ini sangat memancing emosinya. "Gue ngga kenal dia, Audrey. Puas?"
Audrey tersenyum menyeringai. "Bohong! Ucapnya dengan suara yang sedikit meninggi. Sontak saja hal itu menarik perhatian dari beberapa siswa yang ada di kelas mereka. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Aku bisa ngelakuin apapun, Kala. Terlalu mudah untuk cari tau tentang gadis itu. Aku juga bisa—"
Perkataannya terpotong saat melihat Kala berdiri dari tempat duduk dan memegang kedua pundaknya. Tatapan Kala memerah. Ia bisa dengan jelas melihat rahang Kala yang mengeras.
"Silahkan lakuin apa yang lo mau." Kala mendekatkan wajahnya, lalu berbicara pelan pada Audrey. "Tapi kalo sampe lo ganggu Alana dan buat dia menderita. Gue ngga akan tinggal diem." Kala sedikit tersenyum, menikmati raut wajah ketakutan dari Audrey. "Gue kasih tau satu hal, Audrey. Gue bahkan bisa lebih nekat dari lo. Mau liat?"
***
Sudah lama Kala tidak menginjakkan kakinya ke tempat ini. Ia menghembuskan napas pelan.
Melihat Kala yang hanya diam dan melamun, Daren menyodorkan sesuatu. "Nih, Kal."
Dibalik topi hitamnya, Kala melirik laki-laki itu. "Thank's, Ren. Tapi gue ngga ngerokok." Jelas Kala dengan tertawa.
"Ternyata lo ngga berubah." Daren menghisap sebatang rokok yang ada di tangannya. "Padahal pergaulan di luar negeri lebih luas daripada disini." Imbuhnya.
Mendengar ucapan temannya, Kala hanya tersenyum. "Sama aja."
Berbeda dengan Daren dan Sagara, Kala, Reza, dan Kenzo tidak pernah menyentuh rokok, vape atau semacamnya. Kala tidak tertarik untuk mencoba hal-hal seperti itu walaupun teman-temannya sering menawarkan. Kedatangannya ke club malam ini karena pikirannya yang kacau. Masalah yang sedang ia hadapi, terlalu sulit untuk dipecahkan.
"Terus lo kesini cuman mau duduk doang?" Sagara meneguk minuman yang ada di atas meja. "Tuh liat, cewek-cewek pada liatin lo, Kal."
Kala memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket jeans yang saat ini digunakan. "Gue ngga tertarik."
Kenzo melirik ke arah Kala, walaupun sejak tadi tatapannya terfokus pada layar ponsel. Namun ia tahu betul bahwa sedang terjadi sesuatu pada Kala. "Lo kenal dia?"
"Dia?" Kala mengeryitkan dahi.
"Siswa pindahan." Balas Kenzo singkat.
Kala menjawab dengan cepat. "Ngga." Dirinya menahan rasa gugup.
![](https://img.wattpad.com/cover/353613963-288-k562957.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
Teen FictionAskara Harrison Chandrakala, putra kedua dari Elvanno Harrison tetap menolak saat ayahnya menyuruh untuk kembali ke Aussie. Ia tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal bersama keluarga Harrison lainnya. Alhasil ayahnya mendaftarkan Kala di sekolah...