"Maaf karena Ayah sudah salah menilaimu." Laki-laki itu duduk berhadapan dengan Kala.
Kala tidak menatapnya. "Tidak perlu meminta maaf, itu kesalahanku. Aku akan belajar menjadi lebih baik lagi."
Elvanno Harrison mengerti jika putranya itu masih marah padanya. "Tidakkah kau ingin ikut makan malam denganku dan juga Ibumu?"
Kala tidak menjawab, namun Elvanno tahu putranya itu tidak ingin ikut bersama mereka. "Aku hanya ingin beristirahat di kamar." Kala lalu menunduk. "Terima kasih telah mengizinkanku kembali. Aku pamit pergi."
Tanpa menatap sang ayah, Kala langsung pergi setelah berpamitan. Kata-kata yang diucapkan oleh ayahnya itu masih terngiang-ngiang di kepalanya.
Elvanno Harrison tidak menahan putranya yang berjalan pergi meninggalkannya. Melihat sikap Kala yang seperti itu, Elvanno menyadari bahwa putra keduanya itu mewarisi sifat nya yang keras kepala.
Saat akan menuju ke kamar, Anggun yang sedang berbicara pada bi Yemi langsung berhenti karena pelayan itu tidak menatapnya hanya melihat ke arah depan. "Nyonya, Tuan Muda telah kembali."
Mendengar perkataan bi Yemi, Anggun langsung membalikkan badan dan dengan wajah yang merekah ia menghampiri Kala. "Bagaimana kabarmu? Mengapa telpon Ibu tidak pernah kau angkat? Apa kau tidak merindukan Ibu?" Anggun langsung menghujani Kala dengan berbagai pertanyaan.
"Ibu bisakah kita membahas ini di kamarku saja?"
Anggun mengangguk. "Tentu, Sayang. Pergilah, aku akan menyusulmu dan membawakan makanan. Bi Yemi, tolong bantu aku menyiapkan makanan untuk Kala."
"Baik Nyonya."
Bukan tanpa alasan mengapa Kala hanya ingin makan di kamarnya. Ia takut jika Alana akan melihat dirinya. Kala masih merahasiakan identitas dirinya pada gadis itu.
Kala lalu membuka pintu kamarnya. Tidak ada yang berubah dari kamarnya ini. Masih terlihat rapi dan wangi sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Dirinya baru menyadari bahwa tidak ada tempat yang nyaman selain kamarnya ini.
Kala mengirim sebuah pesan untuk Keandra bahwa ia sudah kembali ke rumah. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Keandra tidak pernah membalas pesan-pesan yang ia kirimkan. Walaupun begitu, Kala berusaha untuk memaklumi karena Keandra selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Saat akan memejamkan mata, terdengar suara ketukan dari balik pintu. "Sayang ini Ibu, tolong buka pintunya."
"Masuk saja, pintu tidak terkunci."
Terlihat Anggun dan bi Yemi membawakan beberapa menu makanan kesukaan Kala. "Terima kasih, Bu." Pandangan Kala lalu beralih pada bi Yemi. "Terima kasih, Bi." Ia lalu lalu tersenyum
"Sama-sama, Tuan Muda. Permisi Nyonya, saya harus kembali ke dapur. Beberapa makanan lain akan dibawakan oleh Alana ke kamar Tuan Muda secepatnya."
Mendengar itu Kala terkejut. "Tidak perlu repot-repot, Bi. Makanan ini sudah cukup bagiku. Aku sedang ingin menghabiskan waktu dengan Ibu saja."
Anggun lalu menatap bi Yemi. "Beristirahatlah, tidak perlu kembali ke kamar ini atau kau bisa ajak putrimu itu untuk makan bersama di ruanganmu."
Bi Yemi mengangguk, mengiyakan perkataan majikannya juga tidak lupa berpamitan. Ia lalu pergi keluar kamar meninggalkan Kala dan Anggun.
***
"Ibu makanan sudah aku hidangkan. Aku akan mengantarkannya ke kamar Tuan Muda itu." Jelas Alana
"Tidak perlu, Alana. Sepertinya ia sedang membicarakan hal serius bersama Nyonya."
"Lalu? Bagaimana dengan semua makanan ini?" Alana lalu menunjukkan nampan yang sudah disiapkan sebelumnya

KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
Teen FictionAskara Harrison Chandrakala, putra kedua dari Elvanno Harrison tetap menolak saat ayahnya menyuruh untuk kembali ke Aussie. Ia tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal bersama keluarga Harrison lainnya. Alhasil ayahnya mendaftarkan Kala di sekolah...