24 | Ancaman

118 88 126
                                    

Setelah mengutarakan maksud Alana datang ke ruang siaran sekaligus berbincang-bincang dengan Daren, Reza juga Sagara, ia lalu meminta izin untuk keluar karena jam istirahat hampir selesai. Alana berjalan ke arah lokernya untuk mengambil buku yang akan ia gunakan di pelajaran selanjutnya. Namun saat Alana telah selesai menutup lokernya dan membalikkan badan, ia tidak sengaja berpapasan dengan seorang gadis yang juga berseragam sama seperti dirinya. Mereka berdua saling tatap dan sama-sama terkejut.

"Lo?" gadis itu menunjuk ke arah Alana. Ia lalu berjalan mendekat ke arah Alana, untuk memastikan bahwa gadis yang dilihatnya ini sama seperti yang ditemuinya tempo hari.

Alana menatapnya dengan penuh emosi. Dirinya masih ingat dengan jelas bahwa gadis yang ada dihadapannya ini yang membuat layar ponselnya retak. Untung saja masih bisa digunakan. Sebagai gantinya, Alana langsung mengambil buku catatan berwarna hitam yang ada di tangan gadis itu secara paksa. "Ambil buku ini dari tangan gue."

Audrey yang terlihat geram dengan apa yang dilakukan Alana segera merebut kembali buku catatan miliknya. "Gila ya lo. Balikin buku gue!" hardiknya.

Alana langsung menangkis tangan Audrey. "Ngga. Sikap lo itu udah keterlaluan."

Audrey menatap tajam ke arah Alana. Ia tidak sengaja melihat name tag di seragam gadis itu yang bertuliskan nama lengkapnya. "Alana Senja Jeanne." Gumamnya pelan. "Ohh jadi lo siswa pindahan yang buat heboh Harrison School itu?" Audrey melirik ke arah seragam dan penampilan Alana yang menurutnya biasa-biasa saja. "Bisa-bisanya perempuan kayak lo masuk ke kasta pertama."

Ucapan dari Audrey membuat Alana sadar akan posisinya. Sungguh, dirinya bahkan jauh berbeda dengan para siswa yang berada di kasta pertama terutama dalam hal penampilan. Bahkan Alana berani bertaruh, jika pita berwarna hitam yang dipakai oleh Audrey saat ini seharga jutaan rupiah.

Baru saja ia akan membalas perkataan gadis itu, tiba-tiba terdengar suara pekikan dari ujung lorong. Beberapa siswa yang ada di sana berlarian ke arah sumber suara, tak terkecuali Alana dan Audrey yang juga dilanda rasa penasaran yang besar.

Terdengar bisik-bisik dari para siswa yang sedang berkerumun.

"Dirga berulah lagi."

"Eh itu bukannya anak kasta kedua yang waktu itu, kan?"

"Masalah waktu itu kayaknya belum selesai, deh."

Alana nampak bingung dengan apa yang sudah terjadi. Namun setelah melihat laki-laki berkacamata yang ditendang hingga tersungkur membuatnya terkejut dan menutup mulutnya untuk tidak berteriak.

"Berani juga lo dibelakang gue." Sarkasnya.

Laki-laki berkacamata itu terduduk sambil menahan sakit. Tidak kenal ampun, Dirga hendak melayangkan pukulan namun Alana langsung berteriak.

"JANGAN!" reflek Alana langsung berlari menghampiri laki-laki berkacamata itu. Ia lalu berdiri di hadapan Dirga. Alana sama sekali tidak peduli dengan tatapan para siswa Harrison School yang memandang ke arahnya. "Tolong jangan ganggu dia."

Rahang Dirga mengeras karena gadis ini tiba-tiba saja datang dan mencampuri urusannya. Namun setelah melihat dengan seksama setiap detail raut wajah Alana ia merasa pernah melihatnya hanya saja ia tidak ingat. Dirga lalu menatap manik mata gadis ini. "Minggir."

Perkataan Dirga tidak dihiraukan oleh Alana. Ia langsung membalikkan badan dan duduk di hadapan laki-laki berkacamata. "Lo ngga papa? Mau gue bantu?"

Setelah mengatakan itu, tiba-tiba saja tangan Alana ditarik oleh Dirga. Tubuhnya ditarik paksa dan dalam posisi berdiri, dirinya bersandar pada dinding yang membuat seluruh siswa menjadi heboh. Kejadian itu begitu cepat sekali sehingga Alana tidak bisa melawan.

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang