HALAMAN PERTAMA ; PROLOG

159 24 0
                                    

Typo tandain!

Jangan lupa voment!

***

Hujan.

Hari yang sangat mendukung bagi pemuda ini. Karena hujan tidak kunjung berhenti sejak kemarin, keinginannya untuk menggulung diri dibalik selimut sembari menonton TV dan menikmati teh hangat semakin kuat. Kerena kemarin hujan deras disertai petir, membuatnya mengurungkan niat. Daripada TV di rumahnya menjadi korban, ia memilih membaca novel sampai akhirnya tertidur. Sekarang dirinya masih berkutat di dapur−membuat teh hangat sembari menyenandungkan lagu favoritnya.

Kaki jenjangnya melangkah menuju ruang tengah dengan tangan yang membawa sebuah cangkir berisi teh hangat yang dibuatnya tadi. Di dudukinya sofa di ruang tengah itu. Cangkirnya tadi ia simpan di atas meja sebelah sofa. Tangannya yang tadi terulur untuk mengambil remote TV ia tarik kembali. Ia menatap TV di depannya dengan tatapan tidak biasa.

Entah kenapa dirinya tiba-tiba ingin bermain hujan-hujanan diluar. Tapi ia juga ragu dengan keinginannya. Dia masih tahu malu dengan usianya yang hendak menginjak empat belas tahun. Tapi disisi lain, ia sangat-sangat ingin pergi keluar dan bermain.

"Jujur sih, gue malu, tapi gue pengen," gumamnya sembari menatap jendela disebelahnya. Karena terlalu ingin, akhirnya ia melipat kembali selimut miliknya dan meninggalkan teh hangatnya itu. Saat akan menginjakkan kaki dihalaman rumahnya, lelaki itu sempat menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada orang yang melihatnya.

Setelah dirasa aman, ia pun menginjakkan kakinya dihalam rumahnya. Setetes demi setetes hingga tubuhnya basah kuyup. Matanya terpejam, kepalanya mendongak, menikmati tiap tetes air mata langit yang menyiram wajahnya. Bau petrichor menyeruak kedalam hidungnya. Matanya mengerjap dan menunjukkan tatapan sendu, bibirnya pun menyunggingkan senyuman miris.

"Kalau gini 'kan jadi kangen Abang," lirihnya. Tanpa ia sadari, sosok yang ia rindukan meneleponnya. Namun sayangnya, ponsel lelaki itu ada disebelah cangkir teh hangatnya. Lima belas menit dihabiskan lelaki itu dengan basah-basahan diluar. Ia mengambil handuk dan mengeringkan tubuh juga rambutnya yang basah. Ia terlalu malas untuk pergi mandi. Biarkan lah, toh dia tahu setelah ini ia akan terserang demam.

Setelah mengganti pakaiannya, lelaki itu kembali duduk disofa. Menggulung tubuhnya menggunakan selimut dan menyesap tehnya yang sudah tak lagi hangat. Lelaki itu membuka ponselnya dan menyadari bahwa sosok yang ia rindukan meneleponnya tadi. Terukirlah senyuman tipis namun hangat dibibirnya.

"Pasti Abang dapet feeling gue lagi hujan-hujanan hahaha!"

Hachi!

"Ah, langsung flu ternyata."

***

Typo tandain yaa??

Jangan lupa voment!!

Lopyu all^^

-lilin10rebu

26 ALUR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang