HALAMAN KELIMA; JAEGAR HARISTAMA SIBUEA

52 12 0
                                    

Jangan lupa vote!

Typo tandain!

***

Heboh, itulah kata yang tepat untuk sekarang ini.

Karena apa? Karena tadi ada seorang siswa laki-laki yang seangkatan dengan Jendra, Raka, dan Kanaya, mengangkat rok Kanaya hingga benar-benar tersingkab. Sebenarnya Kanaya memakai celana selutut didalamnya, tapi tetap saja itu bukan sebuah kejadian baik dan juga mudah dilupakan. Kanaya menangis sembari memeluk Jendra. Tentu saja ia dan Raka tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu.

Dengan segenap keberanian yang entah dari mana asalnya, Jendra melepaskan pelukan sahabat perempuannya dan mendorong siswa tersebut hingga terjatuh. Membuat kantin yang biasanya ramai dengan antrean mengular siswa yang hendak membeli makanan berubah menjadi kerumunan penonton adegan baku antara Jendra, Raka dan siswa itu. Dari nametag-nya diketahui ia bernama Jaegar.

Setahu Raka, Jaegar adalah anak pindahan dari kelas sebelah−kelas enam c. Anak itu memang terkenal tengil dan banyak ulah sejak awal pindah. Bahkan Raka sendiri pernah menjadi korban ulah Jaegar.

"Jen, sabar dulu! Jangan sampe lo dipanggil guru lagi," ujar Raka menenangkan sahabatnya itu. Ya, sebelumnya Jendra pernah dipanggil oleh guru karena berkelahi dengan siswa untuk membela sahabatnya−Kanaya. Raka sendiri heran mengapa temannya ini selalu berjuang untuk Kanaya? Apapun resikonya ia terjang demi Kanaya. Raka bingung apakah Jendra menyayangi Kanaya karena ia satu-satunya perempuan diantara mereka atau Jendra menyukai sahabatnya itu?

"Peduli apa gue?" tanyanya pada Raka dengan nada cuek dan dingin. Raka tahu jika sisi Jendra yang satu ini sudah keluar artinya ia benar-benar marah dan serius. Ia tidak akan berbohong dengan apa yang diucapkannya jika sudah seperti ini. Memukul temannya sampai babak belur pun jadi.

"Ohh, ini ya Najendra yang katanya pacar Kanaya," ucap Jaegar. Wajah Jendra yang tadinya serius, Raka yang was-was dengan temannya, dan Kanaya yang tadi menangis sontak berubah seratus delapan puluh derajat. Wajah bingunglah yang mereka tunjukkan. Apa tadi? Jendra pacar Kanaya? Sungguh wajah Jendra-lah yang paling terlihat shock. Dengung bising layaknya dengungan lebah terdengar−bertanya-tanya tentang kebenaran ucapan Jaegar.

"Maksud lo apa? Gue ga pacaran sama Jendra, gue sahabatan sama dia! Dari kelas satu, dari awal masuk sini!" ucap Kanaya memberi pernyataan atas perkataan Jaegar. Kepala bungsu keluarga Dewangga itu tertoleh kearah belakang, menatap Kanaya dengan penuh rasa terima kasih. Raka yang tadinya ingin ikut membela dibuat menganga dengan kelakuan Jendra. Ia gandeng tangan Kanaya dengan melempar tatapan datarnya pada Jaegar.

"Andai kata gue pacaran, apa urusannya sama lo?" tanyanya dingin. Wajah Kanaya merah padam−menahan malu atas apa yang dilakukan Jendra. Jaegar diam, lidahnya kelu untuk membalas ucapan Jendra. Namun, matanya menatap Jendra tak kalah tajam.

"Ka, yok kelas! Udah ga mood jajan gue," tutur Jendra melenggang dari situ dengan tangan yang masih menggandeng tangan Kanaya, menerobos kerumunan tersebut dengan tatapan mata yang masih sama. Raka yang sudah dibuat heran dan otaknya yang sudah tidak bisa diajak berpikir, iya-iya saja mengikuti Jendra. Setelah sampai dilorong kelas empat yang nampak sepi, Kanaya melepaskan gandengan tangannya itu dengan Jendra dan mencubit pinggang sahabatnya tersebut hingga sang pemilik memekik sakit. Karena disitulah titik lemah Jendra.

Jendra membungkuk memegangi pinggangnya yang terasa perih setelah mendapatkan cubitan maut dari Kanaya. Raka yang melihat semuanya dari belakang meringis sendiri sembari memegangi pinggangnya sendiri. Itu adalah pemandangan yang bisa dirasakan baginya. Karena ia juga pernah mendapatkannya, namun dari sang ibu.

26 ALUR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang