HALAMAN KETIGA BELAS; PERKARA CINTA

34 8 0
                                    

Typo tandain!

Jangan lupa voment!

***

Erfan nampak tidak bisa fokus pada tugas kuliah dan pekerjaannya sejak semalam. Hatinya mendadak gusar dan gelisah. Nama adik bungsunya-lah yang terus berada di kepalanya. Bahkan disaat dosen menjelaskan pun ia tidak mencatat satupun materi yang dijelaskan. Hingga akhirnya ia pun meminjam catatan milik temannya. Seorang gadis cantik asal Jepang dengan rambut sebahu dan senyum manisnya.

Walaupun ia hanya menyalin catatan milik temannya, tetap saja Erfan tidak bisa fokus. Dan akhirnya dirinya mendapat kabar dari adiknya-Bian-bahwa adik bungsunya tersebut sakit. Bian juga mengatakan pada pesan itu bahwa Jendra terus memanggil dirinya dan juga kakaknya tersebut.

Karena dirinya benar-benar tidak bisa fokus, akhirnya Erfan hanya bisa menelungkupkan kepalanya di meja taman dan mengundang perhatian gadis yang meminjamkan buku catatannya pada Erfan.

"Erfan, daijōbu?" tanya gadis itu. Ia menanyakan apakah Erfan baik-baik saja atau tidak.

"Genkidesu," jawab Erfan memberitahu bahwa dirinya baik-baik saja.

"Natsuki, kamu kenal Jendra kan?" tanya Erfan mengalihkan pandangannya pada Natsuki-nama gadis tersebut. Natsuki mengangguk. Mereka dekat bukan hanya karena teman satu kelas, namun karena hanya Natsuki yang bisa paham dan fasih berbahasa Indonesia. Jadi bisa dikatakan Natsuki itu translatetor gratisnya.

"Jendra adek kamu kan?" Dahulu saat Natsuki remaja pernah tinggal di Indonesia sebab ikut dengan sang ayah yang pergi bekerja. Itulah kenapa Natsuki fasih berbahasa Indonesia. Erfan mengangguk, beberapa hari lalu mereka saling bertukar cerita perihal keluarganya. Mulai dari Erfan yang menceritakan bagaimana adik-adiknya hingga Natsuki yang menceritakan tentang orang tuanya.

Natsuki itu anak tunggal, jadi ia tidak memiliki saudara yang bisa ia ceritakan dan ia banggakan pada teman-temannya. Namun, gadis itu mempunyai kedua orang tuanya yang pantas sekali ia banggakan.

"Dia sakit, badannya panas banget kata Bian." Erfan menghela napas berat. Bagaimana bisa dirinya fokus pada pekerjaannya disaat salah satu adiknya sakit? Sejujurnya, detik ini juga Erfan ingin pulang ke Indonesia dan menengok keadaan si bungsu. Namun jika seperti itu dan terus menjadi kebiasaan, Erfan mungkin tidak akan terbiasa dengan keadaan yang jauh dari keluarga.

Ia rela menahan gejolak khawatir di hatinya terhadap si bungsu demi terbiasa dengan keadaan. Erfan hanya bisa berharap semoga sekarang, hari ini, ataupun esok lusa anak itu segera membaik.

Terlihat raut wajah khawatir diwajah cantik Natsuki. Perempuan yang berusia lebih muda satu tahun dari Erfan itu mempunyai rasa peduli yang tinggi. Berbeda dengan orang yang dulu disukai oleh Erfan, melihat orang jatuh dari motor saja tidak peduli. Sedangkan Natsuki, melihat Erfan yang kesulitan membawa tumpukan buku dan kertas saja langsung peduli. Sangat berbanding terbalik.

Sejujurnya ada sebuah rasa nyaman yang tumbuh jauh di dasar hati Erfan. Tetapi, lelaki itu belum pasti apakah itu sekedar rasa nyaman atau perasaan cinta. Ketiga putra Aldiandra tersebut mungkin menyukai seseorang, namun mereka tidak berpengalaman dalam urusan percintaan. Bahkan Erfan si sulung saja belum pernah merasakan apa itu yang namanya pacaran.

"Semoga Jendra cepet sembuh deh, ga tega aku dengernya," tutur perempuan itu lembut dengan nada khawatir yang sangat ketara.

Tuh kan! Sudah dibilang Natsuki itu orangnya peduli bukan main. Mendengar Jendra sakit membuatnya khawatir bukan main. Padahal Jendra bukan siapa-siapanya, tetapi ada rasa khawatir yang kini mendominasi hatinya. Erfan mengangguk dan menoleh kearah Natsuki yang kini sama-sama menatapnya. Kedua netra mereka bertemu, hanya dengan senyum tipis nan manis milik Erfan sudah membuat pipi Natsuki merona. Malu dan salah tingkah.

26 ALUR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang