Dalam cahaya remang, ada sepasang mata berkilau keemasan menyorot sendu ke penjuru ruangan. Kaki rampingnya perlahan mengitari area walk in closet dengan lemari-lemari yang kokoh berdiri di sudut ruang. Bergantungan, berbaris baju-baju yang kebanyakan bernuansa monokrom berwangi familier, aroma kesukaannya, berbau ringan, tidak menyengat, lebih terkesan segar seperti alam yang bebas. Ia lalu meraba semua pakaian yang menggantung, mengambil salah satunya, kemudian melepas kimono tidurnya sendiri. Kemeja putih kebesaran yang baru diambilnya menggantikan kain tipis yang membalutnya tadi.
Aku rindu...
Langkahnya kini mengantarkan tubuh mungil itu menuju tempat peraduan yang biasanya ia habiskan banyak waktu dengan sang raja. Raja bagi kisah ceritanya di dunia nyata ini. Semakin dekat, hidungnya menemukan jejak aroma yang menariknya bagai magnet, harum yang terus menempel sejak ditinggal empunya enam bulan yang lalu, ia sengaja tidak mengganti kain yang membungkus bantal sang raja dan juga selimutnya.
Tangannya meraih bantal tidur, membenamkan mukanya di sana. Aroma itu tercium kental. Tangannya menarik selimut yang terlipat. Di beberapa tempat, aroma yang sama merekat.
Di sela napasnya, sesekali ia menyerukan sesak hatinya yang sudah menahan buncahan kerinduan yang tertahan. Nama yang menjadi candu mulutnya sehari-hari, belum juga bisa ia kecup. Ia kembali membenamkan wajahnya ke bantal, ke selimut, ke bagian-bagian yang menghibur itu menyeruak. Ia menyelamami harum itu dalam-dalam sampai segala bau lain di ruangan itu akhirnya terlupa.
Tiba-tiba, debaman pintu tiga kali dari luar menyadarkan dirinya akan sekelilingnya, kembali pada kenyataan.
Tempat tidur itu jadi kusut sekali. Selimut bergulung membelit tubuh mungilnya dan bantal bertumpuk dalam dekapannya. Ia terdampar di tengah ranjang dengan napas yang memburu.
"Huft, aku begini lagi." Helanya pelan sebelum beranjak membuka pintu yang terus diketuk dari luar.
"Mam-mami!"
Bersamaan suara yang menyentak gendang telinganya, tubuh mungilnya diguncang beberapa kali oleh sosok lain yang mungil sepertinya.
"Mam, are you okey?" Suara itu terdengar khawatir.
"Kak, kok masih di rumah? Nggak berangkat ke kampus?" Mengabaikan kekhawatiran anaknya, seorang ibu itu berjalan menuju ke arah dapur. Tenggorokannya terasa kering karena semalaman terus meneriakkan kerinduannya pada seseorang.
"Aku baru mau ke kampus setelah ngelihat kondisi Mami. Tadi Oma telepon kakak buat ngecekin keadaan Mami. Mami habis nangis lagi?" Tanya Ruka yang sudah menyusul sang mami ke dapur.
"Umma Kim yang telepon?"
"Iya. Katanya hari ini Mami ada meeting. Apa Mami mau di rumah aja hari ini?" Ruka bertanya sambil tangannya mengoleskan selai pada setangkup roti, kemudian menyodorkan ke arah maminya.
Kepala mami mengangguk.
"Yaudah nanti kakak sampein deh ke Oma Kim."
Kemudian mata sipitnya memerhatikan penampilan maminya dari atas sampai bawah. Rambut berantakan yang asal dicepol, kemeja kebesaran yang menenggelamkan tubuh mungil maminya itu, dua kancing atas kemeja yang terbuka, dan... astaga sepertinya sang mami hanya memakai celana dalamnya saja.
Bola mata Ruka tak bisa tidak berputar.
"Semalaman nangis nih ngangenin papi ya Mam? Sampai-sampai pakai kemejanya papi. Kebesaran loh itu Mam." Ujar Ruka sambil terkekeh.
Sang mami mendesis sambil mengerucutkan bibirnya. "Bilang aja iri, Kak."
"Eh. Enggak! Baju papi bakal nenggelemin tubuh Kakak kayak Mami gitu. Lagian, Kakak semalam habis video call-an kok sama papi." Ucap Ruka sambil memeletkan lidahnya, sengaja menggoda sang mami.
YOU ARE READING
la famille | Babymonster ✓
Fanfiction[Babymonster story #1] la.fam-i-lle la/ˈfam(ə)lē/ -a group of all the descendants of the common parents living together as a unit. *** Perihal sekisah riuh dan riangnya sebuah keluarga menyatukan berbagai isi kepala dan keras kepala mereka yang mele...