Pwita dan lainnya baru saja turun dari mobil setelah mengantar adik mereka ke rumah sakit. Untung saja, luka Canny tidak terlalu parah walau memang melepuh di beberapa titik. Hal itu bisa diatasi dengan memberi salep khusus luka bakar dan mempertahankan kelembapan di tangannya beberapa hari kedepan.
Yona sudah dulu masuk ke dalam rumah bersama Canny. Sementara Pwita masih sibuk dengan ponselnya membuat Ramie ikut terusik.
"Mami belum juga angkat teleponnya kak? Balasan chat pun juga belum?" Tanya Ramie.
Pwita menggeleng. Ia sekali lagi mendial nomor maminya. Tapi hasilnya tetap nihil.
"Kak Ruka juga tumbenan nomornya nggak aktif. Apa dia ada jadwal ke kampus hari ini? Tapi tadi pagi nggak bilang apa-apa." Pwita bertanya-tanya. Yang ia tahu, kakak sulungnya itu tidak pernah menonaktifkan ponselnya dalam kondisi apapun, karena takut ada hal penting yang terjadi. Tentu saja itu tentang adik-adiknya.
"Yaudah kak, tungg---"
"PAPI!"
Teriakan keras dari dalam rumah menyentak Pwita dan Ramie.
Di dalam sana, Yona menjerit kencang mendapati sosok yang berdiri menjulang di ruang tengah sedang celingukan. Sosok ayah yang sudah sangat teramat dirindukan oleh para penghuni rumah.
"PAPI..." Yona melepas gandengannya dengan sang adik lalu berlari menghambur ke dalam pelukan yang terbuka.
"Kapan papi pulangnya?" Tanyanya antusias.
"Baru aja papi sampe rumah ini. Kok rumah tumben sepi. Kalian habis dari mana?" Pandangan Jisoo jatuh kepada si bungsu yang seketika berdiri membeku menatapnya.
Mampus aku...
Kedua alis Jisoo terangkat, heran dengan sikap Canny yang tidak bereaksi melihat kepulangannya. Biasanya bocil itu akan langsung meloncat memeluknya saat sang papi pulang kerja.
"Adek kenap---"
"PAPIII!"
Belum sempat Jisoo menanyai sang bungsu, kedua gadis lainnya berlari menerkam tubuhnya. Sedikit terhuyung, Jisoo pun mengecupi satu-satu puncak kepala anak-anaknya.
"Kangen banget sama papi. Selamat datang di rumah lagi pap." Tutur Pwita membuat suasana haru. Sekali lagi mereka memeluk ayah mereka erat melupakan si bontot yang masih berdiri mematung.
"Adek nggak ikut meluk papi?" Tanya Jisoo melihat Canny yang terus terdiam.
"Ohh." Ramie mengurai pelukannya lebih dulu. Lalu tangannya menunjuk ke arah sang adik.
"Pap, tangan adek melepuh gara-gara kesiram kuah bakso pas berantem sama temennya. Kita baru aja bawa dia ke rumah sakit." Adu Ramie.
Canny memejam. Merutuki mulut lemas kakak kembarnya itu. Ramie memang paling jago jika masalah ngadu-mengadu. Apalagi tentang kenakalan si bontot Kim.
Jisoo menghela napas, kemudian menghampiri Canny dan memberinya pelukan lebih dulu.
"Apa masih sakit tangannya hm?" Tanya Jisoo lembut sambil mengusap pipi anaknya. Menghapus jejak air mata yang masih tertinggal.
Canny menggeleng pelan. Lalu menenggelamkan wajahnya pada tubuh papinya. Menghirup aroma yang dirindukan.
"Adek kangen banget sama papi." Tuturnya.
Jisoo mendorong sedikit tubuh Canny, demi menatap wajah anaknya. "Kalau adek kangen papi seharusnya adek jaga sikap, nggak bikin ulah lagi. Kenapa sampai berantem?" Mendadak raut wajah Jisoo berubah serius.
Pwita, Yona, dan Ramie saling berpandangan. Mengerti bahwa suasana akan bertambah mencekam selanjutnya.
"Pa-papi... Sebaiknya papi istirahat dulu. Adek biar kita yang urus." Pwita mencoba bersuara.

YOU ARE READING
la famille | Babymonster ✓
Fanfiction[Babymonster story #1] la.fam-i-lle la/ˈfam(ə)lē/ -a group of all the descendants of the common parents living together as a unit. *** Perihal sekisah riuh dan riangnya sebuah keluarga menyatukan berbagai isi kepala dan keras kepala mereka yang mele...