44] whatever

737 106 1
                                    

Semakin kesini, kepala Asa semakin nyut-nyutan. Disandarkan kepalanya di headboard sambil sesekali meringis, tapi tangannya tak berhenti mengusap kepala lain yang bersarang di pahanya sejak kembali ke kamarnya lagi.

Canny menguap, mendongak sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

Bocah kecil itu sengaja mendamparkan dirinya di kamar sang kakak, bahkan mengganti seragamnya dengan kaos milik Asa. Canny terlanjur malas untuk bergerak setelah mendapat kesempatan bermain media sosial melalui ponsel milik kakaknya yang nganggur.

Sambil tangan kirinya menggulirkan layar ponsel tanpa henti, tangan kanan si Canny aktif menyomoti semangkuk potongan buah yang dia ambil di nakas kamar Asa tadi.

"Kak Asa beneran nggak mau buahnya? Kalau mau, biar Adek suapin."

Asa membuka mata, lalu menunduk sebelum menjawab. "Buat Adek aja."  Balasnya lembut.

Melihat bungsunya lahap menghabiskan buah-buahan itu saja sudah membuat Asa merasa kenyang tanpa ikut memakan. Apalagi kondisi mulutnya yang tidak enak hari ini, apa saja yang masuk, akan sama rasanya, pahit!

"Kak Asa." Panggil Canny seraya bangun untuk duduk. "Sini Adek pijitin kepalanya."

Tanpa menunggu jawaban, Canny memposisikan diri dan mulai memijat pelan kedua pelipis Asa. Mungkin terlihat asal-asalan, tapi bagi Asa sangat membantu meredakan pening di kepalanya.

Mata indah itu terpejam sejenak, menikmati pijitan tangan sang adik yang lama kelamaan membuat Asa mengantuk. Namun tak berselang lama, sentuhan itu terasa semakin memudar, semakin jauh, dan hilang.

Sambil mengernyit, mata Asa terbuka dan mendapati bungsunya itu sudah kembali rebahan di pangkuannya. Tersenyum simpul, Asa kembali membelai surai lembut Canny.

Canny kembali menyuapkan buah ke mulutnya sendiri, dan bersamaan dengan itu pintu kamar terbuka, menampakkan Jennie yang membawa nampan berisi semangkuk bubur, obat, dan minuman.

"Astaga..." Cicit Jennie sembari berjalan. Kepalanya geleng-geleng. "Kok malah Adek yang tiduran di pangkuan Kak Asa? Dek, Kak Asa nya lagi sakit loh itu."

"Nggak papa, Mami. Asa emang lagi pengen duduk senderan kok." Jawab Asa cepat, tidak ingin sang adik mendapat omelan lebih.

Mata hazel anak kecil itu hanya melirik, lalu fokus lagi ke layar yang menyala. Sepertinya Canny masih merajuk perihal takoyaki tadi.

Mendengus, Jennie segera mendekat ke sisi Asa. Meletakkan nampan berisi bubur di atas nakas.

"Asa nggak lapar, Mam." Ujarnya begitu melihat semangkuk bubur yang masih mengepulkan asap.

"Sedikit aja ya, dicoba dulu. Asa belum makan daritadi, biar bisa minum obat, sayang. Kepala Asa masih pusing kan?" Jennie menarik kursi duduk di depan Asa, bersiap menyuapi anak kesayangannya.

"Sini Adek aja yang suapin Kak Asa, Mam." Sela si kecil sembari bangkit. Namun gelengan kepala yang Canny terima. Jennie malah menyuruhnya untuk makan siang sendiri di ruang makan bersama Rora yang sudah menunggu di bawah.

"Adek makan dulu aja ya di bawah. Takoyakinya udah ready kok. Kak Rora juga udah di bawah nungguin Adek. Makan siang dulu ya, baby." Kata Jennie lembut memberi pengertian. Dia tidak ingin anak-anaknya sampai melewatkan jam makan.

Meski kesal----Jennie juga melarang dia untuk bermain ponsel, sebenarnya Canny juga sedang tidak nafsu makan, memakan nasi lebih tepatnya.

"Kali ini harus habis loh makannya, Dek. Jangan lauknya aja yang dimakan. Nasinya harus habis ya, sayangnya mami..." Peringat Jennie mengiringi langkah gontai si kecil mereka menuju ruang makan.

la famille | Babymonster ✓Where stories live. Discover now