43] various thing

701 109 14
                                    

Nyatanya kata ‘sebentar lagi’ dalam kamus Kim Jisoo itu artinya Jennie harus menambah kesabaran sampai satu bulan lamanya terlewati kembali tanpa sosoknya. Manusia chikin itu tak kunjung menampakkan dirinya di rumah, tidak pulang. Janji manis yang dilayangkan tiga puluh satu hari yang lalu itu, tertelan pahit begitu saja oleh Jennie. Sang ibu dari putri-putrinya itu hanya bisa pasrah, hanya bisa menunggu dengan rindu yang terus menggebu.

Lima bulan yang terasa begitu berat. Disamping terus menimbun rasa rindu dan kesal yang menyatu padu kepada sang suami, Jennie juga harus dihadapkan dengan beragam riuh riang dari ketujuh buah cintanya bersama Jisoo. Ada saja kelakuan, tingkah, dan celoteh mereka yang mengiringi harinya, entah membuatnya riang ataupun berujung naik pitam.

"MAMI!!!!"

Sebuah lengkingan terdengar berbarengan dengan Jennie menutup laptopnya. Baru saja dia selesai melakukan meeting online dengan koleganya yang berlangsung sejak pagi tadi.

"ADEK PULANG!"

"RORA PULANG!"

Yang kemudian, tanpa memedulikan ponselnya yang tiba-tiba berdering, Jennie bergegas keluar ruangan dengan sedikit berlari. Kaki jenjang berhak tinggi itu menuruni tangga tanpa kesulitan sedikit pun.

"Hai sayang-sayangnya, Mami... Gimana sekolahnya? Lancar kan?" Jennie merentangkan kedua tangan guna menyambut. Satu persatu dua bungsunya memeluk bergantian. Tak lupa Jennie daratkan kecupan di setiap pucuk kepala dua putrinya itu.

"Emm, kok Adek bau acem ini?" Ujar Jennie lagi selepas memeluk sipaling bontot. Tangannya menepuk-nepuk pelan baju Canny yang terlihat lusuh.

Rora merebahkan badannya di sofa sebelum ikut menjawab. "Anaknya Ibu Jen ini, main bola sama anak cowok pas lagi nungguin Rora ada jam tambahan. Padahal Rora udah pesan biar Adek duduk kalem nunggu di kantin. Kebiasaan Adek tuh, Mam. Batu kalau dibilangin."

Jennie terkikik mendengarnya. Keluhan semacam itu sudah sangat biasa terdengar. Sementara yang menjadi buah bibir, sudah melenggang pergi menuju ruang makan, mencari-cari sesuatu yang teramat ingin dia makan sejak pagi.

“KOK NGGAK ADA?!” pekik canny begitu tidak menemukan apa yang dia cari. “MAM?! Kok nggak ada?” Canny merengek sambil matanya berkaca-kaca membuat Jennie panik seketika.

“Apanya yang nggak ada, Dek? Adek cari apa, hm?” Jennie buru-buru menghampiri dan mendudukkan bungsunya di kursi. “Mami udah siapin makan siang buat kalian. Adek mau makan? Biar Mami ambilin. Atau ada menu lain yang Adek ingin?”

Sementara Rora yang sudah cukup merenggangkan otot-otot tubuhnya di sofa, menyusul ke ruang makan dan duduk di kursi seberang Canny. “Kenapa, Dek? Kok manyun?”

Canny membuang muka sambil melipat tangan di dada, hidungnya kembang kempis tak karuan. “Mami beneran lupa?”

Kedua alis Jennie terangkat, bingung. “Lupa apa?”

Mendengar nada jengkel adiknya, Rora hanya bisa mendengus. Akhir-akhir ini adik satu-satunya itu memang sering sensitif dan suka sekali membuat drama. Sambil mencomot tahu goreng, Rora memerhatikan gelagat Canny yang entah akan membuat drama apa lagi hari ini.

“Ck!” Canny mendecak. "Ta.ko.ya.ki" Dengan penuh penekanan Canny mengeja setiap suku katanya. “Takoyaki, Mami. Tadi pagi Mami janji ke Adek mau bikinin Adek takoyaki kan. Sekarang mana? Mami pembohong!”

“Adek…” peringat Rora, tidak suka mendengar ucapan Canny barusan. “Mulutnya kok sembarangan bicaranya. Jangan asal nuduh Mami bohong kayak gitu, nggak sopan. Adek pengen takoyaki? Kenapa tadi nggak bilang sama kakak? Kan bisa kita mampir dulu buat beli pas pulang, Dek.”

la famille | Babymonster ✓Where stories live. Discover now