7] just have to accept

942 119 2
                                    

Sementara di sebuah kamar berukuran 400x600 bernuansa baby blue, para Kim terlihat sedang berkumpul. Mereka wajib berkumpul di basecamp setiap malam weekend tiba, sekadar untuk saling bercerita ataupun melakukan hal-hal yang bisa dilakukan bersama.

Sebenarnya, bukan sebuah basecamp yang layak juga karena kondisi kamar yang berantakan, banyak benda dan baju-baju yang berserakan. Pemilik kamar itu memang terkenal paling malas diantara semua saudarinya. Namun tetap, kamar si bungsu lah yang paling sering disinggahi oleh penghuni rumah. Mungkin karena sang papi, Jisoo, yang menyetting kamar itu sedemikian rupa dan membuatkan khusus pewangi ruangan beraroma khas bayi yang tentu dengan mudah bis memikat siapapun. Hasil ramuan seorang Kim Jisoo memang tidak pernah gagal.

Kembali kepada para Kim. Sedikit berbeda, malam ini mereka menikmati dunianya masing-masing kendati sedang berkumpul. Sebab, sebelumnya mereka sepakat untuk tidak membahas lebih kejadian tadi. Bukan untuk menghindarinya, namun mereka mengerti akan kemarahan papinya yang didorong oleh rasa lelah sehabis dinas ke luar negeri.

Mereka lah yang paling paham dengan papinya sendiri, papi mereka adalah sosok yang lembut dan penuh kasih. Jadi, tidak harus diperkeruh lagi permasalahan tadi. Kendati demikian, si bungsu masih merasa bersalah dan pasti sang papi akan menghukumnya besok. Dia menjadi banyak diam malam ini.

Di kamar itu, terlihat Yona yang sedang berbaring di ranjang sambil memainkan ponsel bersama sang empu kamar yang menelungkup di atas tubuhnya, Ramie yang sedang fokus menonton ulang hasil rekaman latihan tim basketnya minggu ini, dan Asa yang sedang memetik asal gitar yang ia yakini milik kakak keduanya sebab ada nama yang tersemat. Asa pun bisa menebak jika adik bungsunya yang telah mengambil paksa gitar itu dari kamar sang kakak dan kemudian menelantarkan begitu saja di lantai.

Mengingat kakak keduanya, Asa pun tersadar. Gadis itu tidak ada disini, begitupun dengan Rora dan juga Ruka. Jika Ruka, Asa sedikit bisa menebak jika kakaknya itu sedang mengurung diri sehabis kena marah. Biasanya seperti itu.

"Ramie, tadi kamu jadi manggil Kak Pwita?"

"Jadi." Jawab Ramie tanpa menoleh, masih fokus melihat ponselnya.

"Paling Kak Pwita lagi ngulang pelajaran hari ini di kamarnya. Rora juga pasti ada di kamar Kak Pwita. Kan Ram?" Yona ikut menimpali, jarinya tetap sibuk men-scroll media sosialnya.

"Betyulll!" Ramie berguling di karpet hingga mendekat ke tubuh Asa. Kemudian menumpukan kepalanya di kaki Asa yang terjulur. Posisi tengkurap sedari tadi membuatnya lelah.

"Pas aku kesana, Rora lagi minta bantuan Kak Pwita buat jelasin ulang pelajaran yang nggak dia paham sih."

Meletakkan gitarnya, Asa kemudian membenarkan posisi kepala Ramie. Lalu matanya menangkap posisi adik lainnya yang mengganggu.

"Dek, pindah posisi. Kasian Yona." Ujar Asa.

"Udah nyaman Kak." Balasnya dengan suara parau, sepertinya ia sempat tertidur.

Yona terkekeh melihat adiknya menjawab dalam keadaan terpejam. "Nggak papa Kak. Adek udah tidur nih." Tambah Yona sambil menepuk-nepuk punggung adiknya. Membuat sang adik semakin terlelap.

"Dek, dek. Pelor banget sih! Harusnya contoh tuh Rora sama Kak Pwita rajin belajar. Lah kamu mana pernah buka buku di rumah." Sindir Ramie sambil melirik sinis.

"Berisik!"

Pluk.

Sebuah bantal tiba-tiba terbang mendarat tepat di wajah Ramie.

"Aduh!"

"Jangan dilempar lagi, Ram."

Belum sempat Ramie melempar balik bantal itu ke arah pelaku yang tertidur namun lemparannya tepat sasaran, pintu kamar terbuka, dan sebuah tangan langsung mengambil bantal yang siap dilemparkan.

la famille | Babymonster ✓Where stories live. Discover now