11] the weakness

782 87 1
                                    

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Papi mami The Kim's kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sementara tujuh putri mereka sibuk dengan kegiatan belajar di sekolah.

Terkecuali si bontot. Bocah tengil keluarga Kim itu sedang disibukkan dengan pekerjaan sampingannya di tengah-tengah masa hiatus menjadi anak nakal. Canny bersama Chae teman sebangkunya menawarkan jasa mereka kepada Pak Han yang sejak dua hari lalu sibuk memindahkan peralatan olahraga ke gedung sebelah, gedung SMA.

Entah karena keberuntungan atau hanya kebetulan, dua hari ini juga kelas Canny mendapat jam kosong lantaran guru yang bersangkutan ada rapat ataupun sedang ada kegiatan di luar kota. Tentu para guru memberikan tugas kepada muridnya---Canny, tapi tentu saja kalian tahu si bungsu itu pasti mangkir dari tugas guru dan lebih memilih melaksanakan tugas mulia membantu pekerjaan orangtua, Pak Han. Kurang lebih begitulah cara Canny berkilah.

"Chae, karung isi gloves-nya biar gue aja yang angkut." Tawar Canny saat melihat Chae kesusahan menarik sebuah karung.

"Berat loh Can." Ujar Chae memberitahu. 

Canny mengibas. "kan cuma perlu angkat sebentar ke troli. Gue aja." Canny lantas mengambil karung itu dan sekali angkat menaruhnya ke atas troli.

Dari kejauhan, Pak Han hanya menggeleng. Dua bocah itu sudah berulang kali diminta untuk kembali ke kelas. Namun sia-sia saja, Canny berhasil memengaruhi temannya itu untuk tetap berpendirian teguh membantunya.

"Canny, Chae." Panggil Pak Han, tangannya terayun meminta mereka mendekat.

"Ada yang perlu diangkut lagi, Pak?" Tanya Canny setibanya di hadapan Pak Han.

Bukannya mendapat jawaban, Canny lebih pantas mendapat jitakan di kepalanya. Chae pun terkikik melihat temannya mengaduh.

"Kok di jitak Pak?" Protes Canny. "Kan sakit."

"Canny, Canny. Seharusnya semangatmu itu dipake di kelas, semangat buat belajar." Cibir Pak Han.

Sebelum memberitahu sesuatu, Pak Han mengecek kembali ponselnya dan mengetikkan beberapa kata sebagai balasan untuk pesan yang masuk. Kemudian atensinya kembali kepada dua bocah yang setia menunggu maksud mengapa mereka dipanggil tadi.

"Bapak ada keperluan lain di kantor guru. Kalian bis---"

"Bisa Pak!" Jawab Canny semangat sampai memotong ucapan gurunya sendiri. Pelototan Pak Han pun lalu membungkam Canny.

Menarik napas, Pak Han melanjutkan lagi. "Bapak minta tolong anterin karung gloves sama sports cone-nya ke sebelah ya. Kalian dorong bareng-bareng trolinya. Ke tempat yang kemarin itu Cha. Masih ingat kan?"

Chae mengangguk. "Ingat Pak."

"Kalau udah selesai langsung balik ke kelas ya Chae, Can.ny.Kim..." Perintah Pak Han dengan menekankan kata terakhir sambil menatap tajam pemilik nama itu. Yang ditatap hanya menyengir memamerkan deretan gigi putih. Tampang-tampang tidak bisa dipercaya. Tapi setidaknya, Pak Han masih bisa percaya kepada Chae untuk bisa mengawasi kelakuan tak terduga Canny. 

Canny dan Chae pun melaksanakan tugas dengan baik. Mereka memasuki area gedung SMA yang memang berada di sebelah gedung mereka dengan tenang. Sebab, sekarang masih jam aktif belajar mengajar. Suasana di sana pun sepi, hanya samar-samar terdengar guru sedang menjelaskan di dalam kelas. Canny masih bisa berpikir untuk tidak membuat keributan di sana jika tidak ingin keempat kakaknya mengamuk. 

Setelah selesai menaruh barang-barang di gedung olahraga yang bersebelahan dengan kantin, Chae langsung menarik Canny untuk segera kembali ke sekolah mereka. Namun gerakannya kalah gesit dengan tangan Canny yang terlebih dulu menariknya ke arah kantin.

la famille | Babymonster ✓Where stories live. Discover now