Ayah dari tujuh putri itu baru saja selesai membahas lebih lanjut terkait pengeluaran Gisel dari sekolah yang pada akhirnya Jisoo memutuskan untuk menunda. Jisoo baru akan mengambil keputusan final setelah mendengar penjelasan versi anaknya sebagai tambahan pertimbangan.
Jisoo segera keluar ruangan untuk mencari Jennie. Namun gerakannya lagi-lagi terpaksa berhenti ketika sebuah suara memanggil namanya dengan lembut.
"Jisoo... terimakasih ya kamu mau pertimbangin lagi ngeluarin Gisel dari sekolah untukku."
Terdiam, Jisoo hanya mendengarkan tanpa berniat membalikkan badan.
"Kamu selalu punya hati yang tulus Kim Jisoo, dari dulu. Aku yang terlalu bodoh melepasmu begitu aja." Airin terus berbicara, nadanya terdengar ringan, masih terdengar seperti dulu.
"Maafkan aku Jisoo. Aku nggak bermaksud mencampakkanmu. Maaf karena udah ngebuat kamu sakit, membuatmu kecewa."
"Andai kita---"
"Aku cuma nggak mau dituduh merusak masa depan seorang anak. Sama sekali nggak ada hubungannya sama apa yang baru aja kamu katakan." Jisoo membuka suara beratnya.
"Airin, dengerin aku... Kita cuma masa lalu, udah berlalu sejak puluhan tahun lalu, udah selesai. Seperti yang kamu lihat sekarang, aku bahagia sama Jennie dan ketujuh anakku. Jadi tolong jaga ucapanmu. Kita udah nggak ada hubungan apapun."
"Tapi tetap aja aku harus berterimakasih sama kamu, Soo. Aku sangat bersyukur bisa ketemu lagi sekarang. Andai aja ketemu di suasana yang lebih baik, pasti akan lebih menyenangkan untuk kita berdua Jisoo..."
Rahang Jisoo mengerat. "Diam! Udah aku bilang kam---"
Jisoo tidak melanjutkan ucapannya karena ada sepasang tangan yang tiba-tiba melingkar di perutnya. Seketika tubuhnya menegang. Dia jelas tahu siapa pemilik pelukan itu.
"Lepas." Ucap Jisoo datar.
"Kumohon sebentar aja, biarkan seperti ini. A-aku kangen..."
Sambil menggeram, Jisoo langsung menghempaskan tangan yang melingkar dengan kasar.
Lalu tubuhnya berputar, tertegun.
Mendadak matanya membulat melihat sosok sang istri yang berdiri mematung di belakang mereka dengan tas tangan yang sudah tergeletak di lantai koridor ruang kepala sekolah.
Airin pun ikut berbalik seraya membelalakkan matanya. Tak menyangka tindakannya akan terpergok oleh Jennie. Ia tidak benar-benar berniat membuat kesalahpahaman diantara pasangan suami istri itu. Kendati memang perbuatannya sudah kelewatan. Memeluk suami orang.
Jisoo buru-buru berlari mengejar Jennie yang berjalan cepat menuju ke arah gerbang sekolah tanpa memedulikan tatapan penuh tanya dari beberapa guru dan murid yang mereka lewati.
Dalam hati, Jisoo merapalkan beribu doa. Semoga saja Jennie mau mendengarkan penjelasannya. Karena pada dasarnya jika istrinya itu sudah terbakar api cemburu, dia cenderung tidak mau mendengarkan semua penjelasan darinya. Tidak peduli Jisoo berkata jujur ataupun tidak, sama sekali wanita berpipi gembul itu tidak akan mau mendengarkan.
Jisoo berhasil meraih pergelangan tangan kiri Jennie, membuat istrinya tersentak dan berbalik.
"Jangan kabur dulu. Dengerin aku sayang..." Kata Jisoo dengan wajah panik.
"Dengerin apa? Dengerin review-mu tentang pelukan wanita simpananmu tadi di belakangku? Seru? Asik? Enak? Kamu senang?"
Security yang berdiri tak jauh dari gerbang sekolah mengalihkan pandangan mereka ke arah lain, berpura-pura tidak melihat.
![](https://img.wattpad.com/cover/319762844-288-k254855.jpg)
YOU ARE READING
la famille | Babymonster ✓
Fanfiction[Babymonster story #1] la.fam-i-lle la/ˈfam(ə)lē/ -a group of all the descendants of the common parents living together as a unit. *** Perihal sekisah riuh dan riangnya sebuah keluarga menyatukan berbagai isi kepala dan keras kepala mereka yang mele...