25] wrong way

916 122 11
                                    

Putri kedua dan putri ketujuh Kim baru saja sampai di rumah saat langit sudah menggelap. Untung saja sebelum pergi tadi sore, Pwita sudah meminta izin kepada orangtuanya dan juga sang sulung. Jadi, tidak ada masalah ketika mereka pulang malam, apalagi alasan lainnya Pwita ingin menghibur si bontot Kim itu.

"Hitam manis... Gosong ini Kak Ruka!" Seru Canny merujuk pada makanan setengah gosong di piringnya sambil mengunyah dengan wajah ceria.

Ruka di seberang menanti reaksi Canny dan Pwita dengan senyuman manis persis kelinci.

"Tapi hmm ... Yummy, enak!"

Yummy dari mananya, Dek! Pwita melirik Canny di sampingnya, lalu pada Ruka yang wajahnya tersenyum puas sekaligus terharu atas reaksi bungsu mereka.

Mau dikasih paku berbalut tepung krispi, dicocol mayones juga adek gas aja nggak sih? Lahap banget makannya. Padahal ini bener-bener paitttt...! Cibir Pwita dalam hati, mengaduk makanannya tanpa nafsu dan tengah berjuang menelan yang ada di mulut sekuat tenaga.

"Tambah? Tambah lagi ya Dek." Mata kecil Ruka itu berbinar girang menaruh secentong nasi di piring depannya. Dan Canny tak kalah girang menggoyangkan sendok di udara.

"Aa-AH-JANGAN!"

Ruka berhenti, kaget dengan teriakan Pwita ketika ia ingin menaruh nasi juga di piring gadis itu. Mata mereka beradu beberapa detik. Gigi Pwita gemeretak. Yes. Pwita tengah berpikir keras alasan menolak karena wajah si sulung sudah tertarik sedih. "A-aku lagi diet, Kak."

"Hu-uhh? Diet? Badan kurus kering gitu, diet? Tanya Ruka dengan wajah bingung.

Tak perlu lama, Pwita mendorong centong nasi itu ke piring Ruka sendiri.

"T-tadi di mall aku udah banyak jajan, Kak. Nggak mau nambah asupan kalori lagi aja." Elak Pwita tersenyum sangat lebar lalu menghabiskan makanan spesial, mahakarya kakak pertama.

Beralih ke makhluk lainnya, Asa yang juga duduk di meja makan. Pwita langsung menyuapkan makanan sambil melotot melihat gadis pemilik lirikan tajam itu makan seperti orang kesetanan. Sampai mulutnya itu penuh di segala sisi.

Sa? Kesurupan kuda lumping kah? Demi Tuhan, makanan ini pait banget buat ditelen. Ringis Pwita menyipitkan mata ngeri dan merasakan kepahitan luar biasa di mulutnya sendiri.

Tidak tahu saja. Asa seperti itu karena ingin makanan laknat itu cepat-cepat habis. Bahkan di sebelahnya tersedia segelas jus yang ia sedot setiap kali makanan sudah tertelan.

Memang nasib. Jangan pernah menghina makanan yang sudah susah payah dimasak, itu namanya tidak bersyukur! Apalagi jika dimasak oleh seorang Hizruka Kim!

Melihat kondisi dapur seperti kapal pecah terjungkir balik terjengkang, Pwita yakin manusia sipit itu sudah mengerahkan segala energi tubuh demi menyeplok lima telur yang terhidang. Iya. Cuma lima. Soalnya Ruka sudah makan malam di jalan sepulang kampus.

Curang! Bisa banget tuh si sipit Ruka berstrategi ngehindari masakannya sendiri. Lagi lagi suara hati Pwita menangis.

"Mami emang nggak masak dulu sebelum balik ke rumah sakit lagi, Sa?" Tanya Pwita menatap Asa yang terpejam berusaha meloloskan kunyahannya.

Kepalanya menggeleng. Asa menenggak seperempat jus sebelum menjawab. "Kak Ruka dengan sukarela nawarin jasa buat masak ke mami, Kak."

Alis rapi Pwita mengkerut. "Mami ngebiarin aja gitu?"

"Emang kenapa, Pwit? Kamu kayak nggak rela banget kalo Kakak yang masak." Merasa nada bicara adiknya itu meremehkan, Ruka sampai mem-pause gim offline-nya. "Telornya cuma gosong dikit. Nggak ngaruh."

la famille | Babymonster ✓Where stories live. Discover now