Jisoo menepikan laju mobilnya lalu menatap heran istri mandunya. Sedari tadi Jisoo menahan rasa penasarannya.
"Ada apa?" Tanya Jisoo penasaran.
Sejak ponselnya berdering saat berpelukan dengan anak-anaknya tadi yang tak langsung Jennie angkat, membuat wanita tujuh anak itu lekat dengan ponselnya. Setiap detik sampai mereka di perjalanan pulang pun, mata kucingnya tak lepas memandangi layar benda pipih itu sambil terus mengetik entah membalas pesan siapa.
"Kamu chattingan sama siapa deh? Nggak selesai-selesai kayaknya daritadi. Ada yang mendesak hm?" Tanya Jisoo lagi. Dia tentu khawatir dengan perubahan raut wajah istrinya yang mendadak tegang.
Jennie melirik kaca spion. Di jok belakang ada Asa dan Canny yang tertidur. Kedua anaknya itu ikut pulang bersama mereka karena Ruka mendadak ada kelas pengganti di sore hari. Kemudian pandangannya beralih ke sang suami.
"Ini partner kerjaku, Chu. Cuma lagi bahas tentang proposal doang sih."
Alis kiri Jisoo terangkat. "Partner kerja?" Seingat Jisoo, semua partner kerja istrinya itu jarang sekali membicarakan pekerjaan melalui text. Mereka cenderung akan bertelepon atau meminta bertemu langsung. Jadi, partner kerja yang mana kali ini? Rasa-rasanya Jisoo sudah mengenal baik semua kolega istrinya itu tanpa terlewat satupun.
"Iya. Partner kerjaku, Chu." Jawab ulang Jennie ringkas.
Merasa Jennie seperti tidak ingin memberi penjelasan lanjut, Jisoo memilih kembali menjalankan Range Rover-nya tanpa bertanya lagi. Jalanan cukup lengang, namun Jisoo tetap menjaga kecepatannya dibatas standar.
Perjalanan kali ini cukup sunyi, hanya ada suara dari roda mobil yang bergesekan dengan aspal.
"Aku nggak suka ya kalau kamu ada ngerahasiain sesuatu dari aku. Jangan sampai apa yang coba kamu sembunyiin dari aku bisa nyakitin kita semua, Jen. Terutama anak-anak." Pesan Jisoo menoleh sekilas pada Jennie yang lagi-lagi sedang menatap dalam layar ponselnya.
"Maaf..." Cicit Jennie yang entah apa arti ucapan maafnya kali ini, Jisoo tidak mengerti.
"Aku percaya kamu, Sayang." Meski getir, Jisoo mencoba menyungging senyum.
Mereka kembali saling diam. Walau begitu, sesekali Jisoo menengok ke arah kirinya demi memastikan sang istri baik-baik saja.
"Habis aku anter kalian ke rumah, aku izin ke kantor ya. Sebentar doang, mau cek barang." Ucap Jisoo. Mobil mereka berbelok ke arah kiri menuju kompleks perumahannya.
"Huh? Papi mau ke kantor?" Suara protes tiba-tiba terdengar dari arah belakang. Canny mendadak terbangun dari tidurnya. Sementara Asa, kepalanya bahkan sudah tergeletak di paha adiknya. Tidurnya semakin pulas, sama sekali tak terganggu dengan suara lengking adiknya.
Canny menggosok matanya, mulutnya terbuka lebar karena menguap. "Bukannya Papi udah janji mau bantuin Adek ngisi jurnal kegiatan hari ini?"
Jisoo meringis, dia benar-benar lupa dengan janjinya. Tapi Jisoo juga tidak bisa menunda untuk pergi ke kantor. "Papi bantu setelah pulang dari kantor ya, Dek." Bujuknya.
"Halah, palingan Papi pulangnya malem kan. Adek nggak mau."
Jennie mengangkat wajahnya dari menatap ponsel. Sebal mendengar nada jengkel anaknya yang senang sekali membuat drama.
"Adek kan masih baby, nggak boleh tidur malem-malem Papi..." Lanjut Canny.
Bola mata Jennie tak tahan untuk tidak memutar. "Nggak usah lebay deh, Dek. Siapa kemarin coba yang bilangnya ngaku udah gede nggak mau disuruh tidur gasik, terus sekarang ngaku bocah lagi? Plin plan banget kamu, Dek." Sengitnya.
YOU ARE READING
la famille | Babymonster ✓
Fanfic[Babymonster story #1] la.fam-i-lle la/ˈfam(ə)lē/ -a group of all the descendants of the common parents living together as a unit. *** Perihal sekisah riuh dan riangnya sebuah keluarga menyatukan berbagai isi kepala dan keras kepala mereka yang mele...